Apa yang akan kita pikirkan hari ini?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 05 December 2016.

Apa yang akan kita pikirkan hari ini?

Hmmm .... aneh rasanya pertanyaan itu. Apa yang akan saya pikirkan hari ini?

Mungkin kita pernah bertanya tentang hal yang sama, mungkin juga tidak. Sekilas pertanyaan di atas seperti ’daily plan’, tapi kenapa ’berpikir’ yang ditanya? Bukan pelaksanaan (action)nya?

Apa yang kita pikirkan dan rasakan mempengaruhi ucapan dan perilaku sehari-hari. Perilaku tidak pernah terjadi spontan begitu saja, pun ucapan adalah hasil proses interaksi antara pikiran dan perasaan, se-spontan apapun munculnya. Otak ibarat ’big boss’ yang mengatur semuanya, mulai dari panca indera menerima informasi hingga proses berpikir yang sepersekian detik kecepatannya dan langsung terlihat dari perilaku atau ucapan yang keluar dari mulut seseorang.

 

Bila demikian, kita bisa menganalisa cara berpikir seseorang melalui perilaku dan ucapan yang diucapkan. Apa yang diucapkan dan tindakan yang dilakukan memproyeksikan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh orang tersebut. Semudah itukah? 

 

Sebagai seorang coach, hal itu pula yang saya lakukan. 

Adakalanya klien (coache) datang dengan semangat, senyum besar sambil mengucapkan salam ’Selamat pagi!’. Tapi lalu kemudian ’melempar badan’ duduk di kursi. Bisa dipastikan yang muncul kemudian adalah keluhan dan keluhan. Mengapa bisa terjadi? Apa yang salah? Mengapa saya? 

 

Ada pula yang datang dengan senyum datar, mengucap salam ’apa kabar?’ lalu duduk dengan sopan dan menunjukkan sikap sabar memulai pembicaraan. Sayapun akan ikut diam sejenak, tersenyum dan mengulangi pertanyaan ’apa kabar?’. Biasanya akan dimulai dengan apa yang telah dicapai selama ini, bagaimana hasil proses yang telah dilakukan. Beberapa kalimat berikutnya mulai muncul permasalahan. ’Seandainya hal ini tidak dilakukan pasti akan lebih lancar’, atau ’Saya terpaksa jalankan karena sudah diputuskan bersama. Akhirnya hasilnya jadi begini’kan?’. 

 

Cerita pertama di atas menggambarkan cara berpikir yang menyalahkan diri sendiri (internal), ’mengapa saya?’. Sedangkan yang kedua menyalahkan pihak lain atau eksternal. Itu baru awal, awal sekali dari satu pertemuan 2 jam. Namun cukup menentukan apa isi pembicaraan berikutnya, bila saya tidak jeli mengatur strategi isi pembicaraan berikutnya. Pada klien yang pertama di atas akan terus bicara tentang ’Gak habis pikir, mengapa bisa begini nasibku’, sedangkan yang kedua ’Coba bayangkan, betapa sistem sangat tidak mendukung’. Dua hal yang sama sekali tidak akan mendukung produktivitas, apalagi meningkatkan performansi kerja mencapai tujuan.

 

Bagi yang belum mengetahui, profesi saya sebagai coach adalah menjadi fasilitator untuk mencapai target/tujuan lebih cepat, menjadi katalisator bagi coache (klien) dengan mengakses sumber daya internal (dari dalam diri coache itu sendiri). Sebagai coach, saya tidak boleh memberi solusi namun harus bisa memancing solusi dari coache itu sendiri secara internal. Coache akan merasa puas bila solusi yang ditemukan adalah hasil insight diri sendiri, memicu komitmen yang lebih tinggi untuk melaksanakannya. Apa yang saya lakukan semata-mata adalah bertanya dan bertanya. Seninya adalah pertanyaan apa, bagaimana dan kapan diajukan, the art of questioning. 

 

Kembali pada cerita di atas. Dua hal tersebut jelas tidak memerlukan kata tanya ‘mengapa’ atau ‘kenapa’. Wow ... 2 kata tanya cukup riskan untuk suatu permasalahan!! Dua kata tanya ini pasti akan dijawab dengan ‘karena ...’ dan semakin besarlah masalah yang dimunculkan. Pikiran akan langsung melanglang buana mencari-cari alasan yang mendukung, perasaan akan ikut meletup karena pikiran ketidakberdayaan. Pikiran dan perasaan menyatu, lalu cara berucap semakin seru.

 

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read