Komunikasi Error

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Wednesday, 03 August 2016.

Komunikasi Error

Ada berita gembira yang mau anda sampaikan. Begitu seberang sana jawab telpon, langsung anda ‘serbu’ dengan  banyak kata yang berpacu dengan perasaan gembira plus antusias. Yang di seberang sana sama sekali tidak mengerti apa yang mau anda sampaikan, karena lafal yang begitu cepat berpacu dengan nafas menggebu. Anda mengulang lagi, berusaha jelaskan sambil timbul dongkol ingin agar segera disambut juga dengan gembira, tapi di seberang sana malah klarifikasi apa yang anda maksudkan. Alhasil perasaan gembira berubah menjadi dongkol seketika, merasa ga disambut, merasa orang di sebrang sana kok ribet banget gitu saja ga ngerti, lalu tanpa sadar keluar umpatanmu kecil tapi terdengar di sebrang sana. Sebrang sana mulai menunjukkan nada tak senang, gayung bersambut dengan ketidaksabaran anda plus dongkol plus merasa kok disambut dengan nada demikian. Akhirnya .. banting telpon.

Komunikasi error. Pernah alami itu?

 

Pasti sering .. baik yang berujung pada rasa dongkol dan kesal, maupun bicara tinggal bicara saja tanpa ada seorangpun yang ngerti. Menarik untuk disimak, karena komunikasi merupakan bahan dasar dari setiap relasi yang terjadi dan dibangun dalam kehidupan kita sehari-hari. Tiada hari tanpa komunikasi. Bahkan orang yang suka menyendiri, itupun adalah caranya berkomunikasi pada orang di sekitar, bahwa ada sikap tertentu yang dimiliki dan di-ekspresi-kan di sana, agar dipahami, tidak diganggu karena dia suka menyendiri. Ketika anda berusaha mengajaknya bicara lalu hanya dijawab sekedarnya dan berpaling melangkah pergi, jangan bilang dia angkuh atau aneh,  karena sebenarnya anda-lah yang tidak paham bahwa dia lagi tidak mau diajak bicara.

 

Bila memang komunikasi itu signifikan, lalu sejauh mana kita memahami arti komunikasi itu sebenarnya? Pernah ada satu periode banyak sekali training bertopik komunikasi, sampai kemudian setiap training yang berjudul komunikasi dianggap mudah dan sepele, tidak penting. Saking umumnya dan teoritis. Kalau ditanya apa itu komunikasi sebenarnya? Pasti dengan mudah kita menjawab, proses menyampaikan informasi, ada informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan-nya. Lalu di antara ‘perjalanan’ penghantaran informasi tersebut adalah interferensi atau gangguan yang menyebabkan informasi tidak diterima dengan jelas/baik oleh komunikan. Jadi kalau mau berkomunikasi efektif, kita perlu memperkecil interferensi yang terjadi sehingga memperkecil resiko miskomunikasi. 

 

Namun dari contoh di atas, kita melihat bahwa interferensi itu muncul bukan dalam ‘perjalanan’ penghantaran informasi tersebut.  Kalau boleh disebut sebagai interferensi, dengan asumsi sebagai gangguan yang menimbulkan miskomunikasi, maka sebenarnya interferensi sudah muncul sejak informasi tersebut mau disampaikan. Saya tulis ‘mau’, yang merujuk pada ‘baru muncul kemauan dan informasi belum diekspresikan oleh komunikator’. Karena saat muncul kemauan itu, yang lupa diperhatikan bahwa itupun hanya kemauan diri sendiri semata, belum tentu sama dengan kemauan calon penerima informasi yang mau kita sampaikan tadi. Banyak alasan mengapa dia tidak mau. Bisa jadi karena situasi tidak pas. Bisa juga karena waktu yang tidak cocok untuk informasi bersangkutan, tidak relevan untuk disampaikan di tempat ini, tidak penting, plus .. perasaan kita telah mendahului ucapan yang muncul. Alhasil nada yang muncul adalah tegang yang memberi kesan intimidasi, antusias sampai suara tinggi mengagetkan, dan lain sejenisnya yang tidak kita sadari. Alhasil saat menyampaikan pesan, bahasa non-verbal menguasai verbal yang disampaikan .. informasi yang mau disampaikan menjadi bias dan muncul salah persepsi dan efek-efek lain. Komunikasi error.

 

Komunikasi baru terjadi bila ada proses memahami dan dipahami. Kalau saja kemauan berucap tadi juga dibarengi dengan memahami keadaan komunikan, maka kita akan tahu apa ini penting buat dia, apa ini saat yang tepat untuk disampaikan, sehingga kita bisa putuskan mau disampaikan sekarang atau nanti. Termasuk pula bagaimana sikon orang tersebut sehingga kita bisa mengimbangi dan tahu cara penyampaian yang sesuai. 

 

Komunikasi adalah penyambung rasa, rasa dalam diri kita dan juga diri penerima pesan. Komunikasi bisa indah namun bisa juga jadi bencana. Banyak aspek yang perlu diperhatikan agar komunikasi menjadi efektif. Tulisan kali ini menggarisbawahi hal yang paling mendasar dari komunikasi, yakni memahami dan dipahami. Coba periksa, selama ini kita lebih suka dipahami atau memahami orang lain?

 

Komunikasi error? Mudah-mudahan tidak lagi.

 

02 Agustus 2016

Mariani Ng.

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read