Senyummu Senyumku di Jaman Ini

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Saturday, 31 May 2014.

Ramai nian toko-toko di sini. Namanya juga Bugis street. Di salah satu toko, ada baju yang lumayan bagus. Tokonya sepi, hanya ada saya pengunjungnya. Saya tawar harga salah satu baju di sana. Tidak ketemu harganya, harga yang saya mau masih lebih kecil dari harga yang diinginkan si penjaga toko. Ada 2 orang yang masuk toko, ngintip sebentar kemudian keluar lagi. Separuh bercanda, saya bilang ke si penjaga toko 'this store will be crowded soon. Each every store i come in will attract more customers to come in too'. Maksudku bercanda memecahkan kekakuan si penjaga toko. Tapi alih-alih gayung bersambut, dia hanya senyum kecut menanggapi gurauanku. Busetttt .. Bahkan sayapun tak betah. Akhirnya saya keluar dan lanjutkan 'eyes-shopping' ke toko-toko sebelah.

Dalam hati penasaran, apa iya sih orang-orang di negara ini sedingin itu. Penasaran, saya masuk lagi ke toko lain yang juga sepi, berjarak beberapa toko dari yang pertama tadi. Penjaga tokonya lebih kurang seusia dengan penjaga toko yang tadi. Sama, saya menawar barang yang sama. Sama pula, harga yang saya tawar lebih kecil dari yang diinginkan si penjaga toko. Saya ajak berseloroh, lalu nambahkan kalimat persis seperti yang tadi. Bedanya, si penjaga toko menyambut dengan gurauan pula. Alhasil kami jadinya bergurau dan tertawa dalam toko. Ada pengunjung lewat dan melihat kami tertawa, diapun masuk ke dalam melihat-lihat baju yang dipajang kiri kanan. Entah bagaimana, si penjaga toko yang sedang tertawa bersama saya langsung menyambut orang tersebut dengan ramah sambil tersenyum lebar (sebenarnya ya karena sedang bercanda tadi). Ada pengunjung lain melihat kami seakan sedang bercanda ikut penasaran, masuk toko dan melihat baju yang dipajang sambil melirik kami. Saya berdiri di samping memperhatikan si penjaga toko yang satu ini menyambut dan melayani dengan ringan, senyum tidak lepas dari wajahnya, sisa-sisa bercanda tadi.

Bapak dan Ibu, kita semua tahu bahwa ekspresi wajah menentukan respon yang kita peroleh. Pada dasarnya setiap orang ingin relaks dan happy, ekspresi kaku dan serius membuat orang malas berinteraksi.  Ekspresi senang dan santai secara tak sadar akan menarik mereka untuk ikut berinteraksi. Selanjutnya, terserah bagaimana ketrampilan kita sesuai tujuan masing-masing - jualan, pendekatan, atau sekedar hanya komunikasi ringan.

 

Sudahkah kita praktekkan?

Kita mirip dengan penjaga toko yang mana?

Bagaimana dengan karyawan dan tim kita di perusahaan?

Adakah pelatihan yang bisa mengajarkan setiap individu untuk selalu tersenyum happy dan santai?

 

Kita butuh COACHING!!

Karena happiness tidak bisa diajarkan.

Senyum tidak bisa di'harus'kan, apalagi keramahan.

Semua berasal dari internal diri seseorang, kesadaran, kemauan serta kecerdasan dalam mengelola diri.

 

Apa itu coaching?

Sudahkah Bapak dan Ibu mempraktekkannya di tempat kerja dan usaha masing-masing?

 

 

Jakarta, Mei 2014

 

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read