Mengapa vs Apa

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Tuesday, 24 January 2017.

Wajah Pak Agus merah padam, gusar menunggu Pak Andesta, supirnya yang sering terlambat menjemput. Ada rapat penting di kantor hari ini, tapi yang ditunggu belum juga tiba mesti sudah berlalu 30 menit.

 

Begitu Pak Andesta muncul di pintu, Pak Agus langsung bertanya dengan tidak sabar.  ‘Kamu tidak tahu hari ini saya ada rapat pagi-pagi!! Mengapa terlambat?’.

 

Yang ditanya segera menunduk, diam.

Pak Agus mengulang lagi pertanyaannya, ‘mengapa terlambat?’, habis sudah kesabarannya hari ini. Setelah sering hanya menegur dan memaklumi, hari ini alasan apapun yang keluar dari mulut supirnya ini siap di’terkam’.

 

‘Anu .. pak, tadi mau berangkat tapi ...’.

‘Tapi apa?!!’, kembali pak Agus menukas tidak sabar mendengar alasan-alasan penjelasan supirnya. Sudah bermacam-macam alasan yang pernah beliau dengar dari mulut satu ini, tapi tidak pernah berhenti terlambat.

 

Sebenarnya, apapun yang dijawab oleh Pak Andesta adalah respon atas pertanyaan yang ditanyakan oleh Pak Agus. Mengapa terlambat? Kata mengapa mengacu pada alasan, sesuatu yang menjadi penyebab dari keterlambatan. Tentu saja tidak jauh dari apa yang menurut Pak Andesta menjadi penyebab keterlambatannya, terlepas dari apakah itu tepat atau tidak tepat. Lebih jauh lagi, sebenarnya kata tanya ‘mengapa’ (sama halnya dengan ‘kenapa’) merujuk pada adanya alasan yang bisa ‘dikambing-hitamkan’.

 

10 Tahun Mendatang …

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 09 January 2017.

Seandainya anda berpikir bahwa saya akan bertanya ‘anda mau dikenal sebagai siapa pada 10 tahun mendatang?’ di tulisan ini, maka anda salah. Pertanyaan itu bisa jadi belum pernah anda pikirkan, bisa jadi juga sudah terlalu sering anda renungkan.

 

Seandainya belum pernah anda pikirkan sama sekali sebelumnya, maka silakan berpikir dan imajinasikan sebaik mungkin. Pesan saya buat anda yang masuk kategori ini, buatlah goal-setting / tujuan yang masuk di akal. Jangan sampai membayangkan 10 tahun mendatang anda ingin menimang-nimang cucu sedangkan hari ini anda belum menikah (kecuali anda menikah dengan seseorang yang sudah punya anak). Jangan pula membuat goal-setting akan jalan-jalan ke negara paman Sam dan bertemu dengan Elvis Presley idola anda, karena jelas Elvis sudah meninggal (dijamin anda akan cepat depresi alias kecewa karena tidak akan pernah kesampaian).

Tips buat anda yang sedang ingin membuat goal-setting untuk 10 tahun mendatang:

What Next?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Thursday, 29 December 2016.

Ada 3 gaya preferensi berpikir manusia yang menentukan dalam aktifitas kerja sehari-hari, yakni yang bertanya ‘apa selanjutnya (what next)’, ‘bagaimana merealisasikan (how)’, dan ‘mengapa (why)’. 

 

Saya termasuk yang pertama, what next. Banyak maunya. Ide ini dan itu muncul sebelum yang lain selesai. Di pikiran saya sudah berjalan kalender 2019, sementara langkah kaki serasa sudah masuk Januari 2017 yang akan sibuk mempersiapkan ACMC Bali 16-23 Maret 2017 yang akan datang. Ini kekuatan sekaligus kelemahan saya, dimana saya terus berpikir ‘what next’ tanpa diiringi oleh derap langkah orang-orang yang menjalankannya, termasuk pula melakukan monitor dan periksa ulang hasil implementasi, apakah sesuai dengan yang telah direncanakan. Sering kali saya perlu berhenti, hanya sekedar untuk mengambil nafas dan evaluasi, sampai di mana ya implementasinya, atau bahkan, sudah dijalankan belum sih yang satu itu (?).

 

That’s why saya perlu bantuan, tidak bisa sendirian. Bantuan orang-orang yang sama visi untuk merealisasikan apa yang sudah direncanakan, mau membantu ‘ke-bumi-kan’, bukan ‘kebumikan (dimakamkan-maaf). ‘Ke-bumi-kan’ dalam bahasa Inggris disebut ‘grounded’ alias membuat jadi nyata (konkrit) dan terukur, tidak hanya sekedar konseptual apalagi wacana belaka. That’s why pula mengapa saya begitu menyadari kelemahan saya ini sehingga ketika ada yang berbicara di tataran konseptual, saya akan minta action nyatanya, karena saya sendiri sangat amat hobi di tataran konseptual itu dan berwaspada ria agar tidak tertarik kembali ke sana, agar balance. 

 

 

 

Why METAMIND?  read