Mengapa saya? Mengapa tidak?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Friday, 08 July 2016.

Mengapa saya? Mengapa tidak?

Tulisan ini berawal dari kenyataan ‘harus’ menulis artikel untuk sebuah media cetak. Mau diterbitkan segera. Lalu saya menggerutu, seandainya saja bukan saya. Tapi kemudian saya balik menggerutui gerutuku tadi, siapa suruh suka menunda-nunda. Ahhhh ...

 

Lalu saya mulai berusaha mengetik di smartphone, ketik 1 paragraf dengan berbagai koreksi – backspace sambil menggerutu lagi – why me. Kenapa saya yang harus menulis? Bukankah ada orang lain juga yang tahu ilmu ini dan bisa menulis juga. Lagi-lagi entah bagian mana dari diri ini yang ikut menimpali, kapan selesainya kalau dari tadi hanya menggerutui diri sendiri.

 

Hmm ... Ternyata itu sebabnya.

Alih-alih mengerjakan tugas dan amanah, saya sibuk berkonflik dengan diri sendiri, gerutu menggerutu protes ‘mengapa saya’ ... alhasil waktu dan pikiran saya lebih tersita pada diri sendiri, suka mengerjakan atau tidak, merasa terpaksa atau tidak .. daripada fokus pada apa yang mau dituliskan.  Alhasil kemudian muncul ide untuk menuliskan ini. 

 

Pernahkah Bapak dan Ibu alami seperti pengalaman saya di atas?

Siapa Tuannya siapa?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Sunday, 12 June 2016.

Siapa menguasai siapa?

 

Di pinggir jalan ada petunjuk belok kiri menuju tempat yang sedang kutuju, tapi google map di ponselku menunjuk ke arah yang berbeda, lurus. Sejenak ada keraguan mau pilih arah mana namun kemudian kuputuskan lurus saja menuruti petunjuk mbah Google meskipun jalan di depan saya ini mulai macet. Alhasil, mobil saya baru jalan sedikit lalu berhenti. Maju lagi tersendat .. 2 jam berada dalam kemacetan kulalui dengan sabar sambil menahan lapar. Mengikuti arah petunjuk google map ini ternyata kembali ke jalan semula. Jalan di mana ada petunjuk belok kiri tadi. Huahahaaaaa ....

 

Saya tertawa bukan karena google map salah tunjuk. Bukan pula karena saya kembali ke tempat semula setelah 2 jam berada dalam kemacetan plus lapar tadi. Saya menertawai ketidakpedean saya. Lucu. Malu. Geli. Wkwkwkkkk ....

 

Dulu sebelum ada google map, saya selalu ikuti petunjuk jalan. Dulu ketika kantor saya masih di kompleks pertokoan, setiap kali pulang tinggal kendarai mobil pulang tanpa mikir lewat jalan mana. Ketika kantor pindah ke area samping tol, setiap kali pulang saya selalu melirik ke jalan tol apakah macet atau tidak baru kemudian ambil keputusan mau pulang lewat tol arah mana. Sekarang, setiap kali mau pulang selalu tanya mbah Google terlebih dahulu jalan mana yang lancar padahal masih bisa melirik ke jalan tol yang sama. Seakan tidak lengkap kalau tidak tanya mbah Google. Dan alhasil .. nyasar plus habiskan waktu dan enerji di jalan tadi dengan sia-sia, hanya karena ketergantungan, atau karena tidak percaya diri lagi tanpa bantuan teknologi?

Buat Apa Cari Coach?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Thursday, 09 June 2016.

Buat Apa Cari Coach?

Aneka ragam coaching sekarang ini. Ada bisnis coach, ada trader coach, ada slimming coach, ada therapeutic coach(!), dan lain sebagainya. Dan kalau dilihat dari cara kerjanya bisa dikategorikan dalam 2, performance dan transformational coach. Performance coach boleh memberikan solusi (ngajarin, mentor, nasehat, konseling) sedangkan transformational coach tidak boleh memberi solusi. Nah loh, terus ngapain cari coach kalau tidak diberi solusi?

 

Itu dia. Kalau cari coach perlu jelas apa maunya.

Kalau punya masalah, datanglah ke konselor. Jangan ke coach.

Kalau mau pintar, datanglah ke guru, bukan coach.

Kalau mau ahli/trampil di bidang tertentu hubungi mentor yang specialist di bidang yang sama, bukan coach.

Kalau punya tujuan jelas tapi ga tahu solusinya apa, datang ke konsultan – bukan coach.

Kalau mau sembuh, datang ke terapis – salah kalau datang ke coach.

Ups!! Sekarang ini semua profesi di atas juga mengaku sebagai coach. Yang kalau mau disebut coach ya masuk ke kategori performance coach.

 

Lalu transformational coach itu apa?

Why METAMIND?  read