Articles in Category: Mariani Ng

Visualisasi atau Melamun

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 27 November 2017.

Banyak orang mulai mempraktekkan visualisasi dengan sengaja akhir-akhir ini. Semenjak film ‘The Secret’ dan buku-buku senada bermunculan, praktek visualisasi seakan menjadi mutlak mengiringi setiap langkah mencapai apa yang diinginkan. Secara harafiah, visualisasi adalah sebuah istilah yang berarti membayangkan, menggambarkan dengan jelas dalam realita internal seseorang (visual=lihat/gambarkan). Namun secara umum, visualisasi ini lebih terkait dengan imajinasi secara visual (gambar) di dalam realita internal seseorang. Membayangkan apa yang diinginkan dengan sepenuh hati, fokus dan berintensi. Yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana membedakan visualisasi dan melamun?

 

Ruben baru bangun. Matanya masih terasa berat untuk buka sepenuhnya. Dengan badan masih berbaring di tempat tidur, dia mulai memikirkan rencana demi rencana buat hari ini. Sebentar tampak dia mengernyitkan alisnya sambil menerawang tak jelas .. tangannya mengelus dagu kelihatan berpikir. Tak lama kemudian tampak senyum kembali menghias wajahnya.

 

Hampir 30 menit dia di situ, berbaring sambil berpikir ... tidak jelas apa yang dipikirkan. Sang istri yang dari tadi sudah keluar masuk kamar kini sudah rapi hendak berangkat kantor.

‘Ben, kamu tidak ke kantor hari ini?’, tanya Ima, istrinya dengan heran.

‘Saya sedang visualisasi, Ma’, jawabnya menerangkan. ‘Katanya kalau mau berhasil, kita harus bisa memvisualisasikannya’.

‘Setuju’, timpal Ima sambil menunggu kelanjutannya.    

‘Saya sedang visualisasi apa yang akan saya lakukan hari ini’, lanjut Ruben.

‘Hmmm ...’.

‘Kalau dulu presentasiku kurang bagus, sekarang visualisasi dan tahu bagaimana agar lebih bagus lagi’.

‘Lalu?’.

‘Saya juga ingat bulan lalu tidak mencapai target, masih terbayang persis bagaimana kecewanya saya waktu tidak mendapat bonus. Sekarang pasti tidak akan terjadi lagi’. ‘Saya visualisasi ...’.

‘Apa yang kamu visualisasikan?’.

‘Planning hari ini’, jawab Ruben.

‘Apa planningmu hari ini?’, tanya Ima ingin tahu.

Yang ditanya tidak menjawab, memikirkan kembali apa yang divisualisasi tadi. ‘Tentang rutinitas biasa lah seperti kemarin’.

‘Membayangkan bagaimana ketika saya tiba di kantor, ngobrol gono gini dengan teman2 .. lalu ya mulai duduk dan selesaikan laporan kemarin’.

‘Hmmm ... menarik. Lalu apa rencanamu hari ini?’, tanya Ima penasaran.

‘Menyelesaikan laporan kemarin ... lalu kemudian ada presentasi. Yang penting hari ini akan lebih baik dari kemarin’.

‘Seperti apa?’

Ruben terdiam.

‘Saya pasti berhasil’, jawab Ruben pelan, mulai merasakan ada yang tidak tepat.

‘Seperti apa, Ben?’, Ima mengulangi pertanyaan yang sama lagi.

Lagi-lagi Ruben terdiam. 

Seperti apa?

Terbayang jelas apa yang telah dilakukan selama ini yang tidak berbuah pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai? Hmmm .... tiba-tiba saja Ruben terdiam. Apa tujuan yang ingin dicapai? Sudah lama tidak terpikirkan lagi, semenjak dia merasa gagal beberapa bulan lalu .. apa yang dia tahu adalah menghindari kesalahan dan kegagalan. 

The Courage to be Free

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 13 November 2017.

If you want to become whole, let yourself be partial.
If you want to become straight, let yourself be crooked.
If you want to become full, let yourself be empty.
If you want to be reborn, let yourself die.
If you want to be given everything, give everything up.
Tao Te ching #22, lau Tzu –

 

The courage to be free ?

 

Judul ini kudapat dari salah satu newsletter, menarik.
Butuh keberanian untuk bebas? 
Butuh keteguhan hati untuk bebas?
Benarkah demikian?

 

Bebas memiliki banyak arti, dari berbagai sudut pandang. Di sini, saya ingin melihat dari sudut pandang sikap dan pikiran kita. 

Apakah kita sudah bebas?

Sederhana, lihat saja pada sikap kita sehari-hari. 

Apakah kita sudah bebas dari kata ’menyesal’ dalam diri ini?

Apakah kita sering merasa terjerat dalam sikap dan perilaku yang tidak kita inginkan, tapi kita lakukan juga?

Apakah kita bebas berpikir apa saja, melakukan apa saja, tanpa terjerat oleh perasaan? Tanpa terjerat oleh kecerdasan diri sendiri?

 

 

Siapa Saya?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Tuesday, 03 October 2017.

Siapa saya?

Seorang peserta training lari ke arah saya, lalu tepat di depan saya dia bertanya ‘siapa saya? Siapa nama saya?’ sambil menunjuk ke dirinya sendiri. Ekspresi wajahnya serius tampak kebingungan. Saya kaget, namun akhirnya tertawa sendiri setelah tahu bahwa dia ‘dikerjain’ oleh temannya dengan hipnotis.

 

Siapa saya?

Saya yakin kita semua pasti ingat nama diri masing-masing. Namun ternyata, adapula atribut lain yang ikut melekat bersamaan dengan kelekatan nama tersebut. Bila nama dilekatkan oleh kedua orangtua sejak lahir sebagai doa dan harapan untuk kemudian hari, atribut demi atribut kita lekatkan demi apa? Belum lagi atribut yang dilekatkan oleh orang lain, dalam rangka apa?

 

Ada satu keluarga 3 bersaudara, dimana ibu mereka selalu membandingkan anak sulung sebagai yang hebat, anak kedua perlu belajar dari si kakak untuk menjaga anak bungsu yang kurang mandiri. Dan kemudian atribut itupun melekat hingga dewasa, yang akhirnya si sulung tumbuh menjadi orang yang ‘hebat’ namun angkuh, anak bungsu terus mencari jati diri karena merasa kurang mandiri, sedangkan anak kedua malah tumbuh lebih dewasa dari kakak dan terus belajar dengan rendah hati. Kelekatan yang tidak disengaja, namun membekas dalam proses tumbuh kembang seorang manusia.

 

Why METAMIND?  read