Future Leaders

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Friday, 29 June 2018.

Saat ini kita kekurangan leader, kita sedang defisit pemimpin. Kalau pimpinan, banyak. Apalagi yang pintar bossy, ngatur dan suruh sana sini. Kritikus? Segudang. Tukang menyalahkan? Numpuk.

Memimpin di saat-saat perusahaan jaya adalah mudah. Para karyawan tinggal diberi reward bonus, tunjangan dan fasilitas tinggi, produktifitas maju sendiri. Pun ada pasar yang menampungnya. Semua orang semangat dan gembira ria. Setiap kata, entah perintah entah itu omelan, tidaklah besar pengaruhnya. Karena semua sedang bersemangat dan fokus bekerja agar omzet naik secara eksponensial, yang nantinya akan  berbanding lurus dengan bonus dan sejenisnya.

Namun ketika masa-masa sulit, saat perusahaan perlu hemat pengeluaran, potong anggaran sana sini demi menyeimbangkan pemasukkan yang juga seret, setiap pujian bisa berbalik menjadi sindiran. Setiap tindakan selalu membangkitkan kecurigaan. Waspada. Pimpinan yang biasa nge-bossy tidak lagi bisa main nyuruh sana sini. Semangat karyawan yang sudah kendor turut menurunkan produktifitas, drop.

Di saat inilah justru seorang pemimpin diuji. Mampukah dia menjaga tetap semangat di tengah keterbatasan berbagai sumber daya? Mampukah dia mengajak kebersamaan untuk tetap mempertahankan kualitas kerja di tengah keterbatasan alokasi dana?

Para pimpinan jarang mau mendengarkan, merasa paling tahu dan selalu benar. Jeli melihat masalah dan suka memberitahu dimana ada kesalahan (kalau tidak mau dibilang menyalahkan), namun tidak mampu ikut menyelesaikan. Akhirnya yang salah semakin dipojokkan, merasa semakin kerdil dan minder untuk tampil trampil apalagi mengembangkan diri. Setiap hari dihujani kritik, apa yang tidak boleh dijalankan, apa yang tidak pada tempatnya, apa yang seharusnya tidak terjadi. Akhirnya karyawan hanya sibuk membetulkan dan memperbaiki tanpa punya waktu untuk melihat pada arah yang berbeda.

Seorang pemimpin mau mengembangkan orang lain, lahir batin. Yang mampu menghargai sekalipun salah. Yang mau ikut memperbaiki ketika ada kesalahan. Yang mau mendengarkan ketika ada masalah. Yang mampu tertawa bersama di saat kesusahan, dan tetap duduk bersama membangun harapan. Seorang pemimpin selalu optimis saat keadaan pesimis, tetap tegak berdiri mengambil tanggungjawab bukan menyalahkan. Karyawan mendapat apresiasi sehingga bisa apresiasi diri sendiri pula, semangat dan punya harapan untuk membangun masa depan, baik diri sendiri maupun perusahaan.

Dulu, saat perekonomian sedang bagus, perusahaan berlomba mencapai omzet yang eksponensial. Motivasi dan bonus berjibun untuk meningkatkan target. Saat perekonomian sedang turun, perusahaan tidak bisa lagi bicara tentang omzet yang meningkatkan, yang penting adalah bagaimana memperkecil kerugian. Dan bertahan. Sustainability. Saat-saat seperti inilah butuh pemimpin yang mampu mengayomi dan mengajak kerjasama para karyawannya untuk mendukung bertahan dan terus bergerak meningkatkan penghasilan. Saat-saat seperti inilah mulai kelihatan potensi dan pengembangan karyawan-karyawan yang tidak hanya 'yes, sir' asal bos senang dan/atau sibuk memperbaiki masalah, namun mampu ikut bertahan membangun bersama.

Future leaders berada di pundak para pemimpin ini.

Mariani

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read