Keputusan

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Friday, 23 December 2022.

Pernah punya teman yang kalau ditanya pilih mana maka akan selalu jawab ‘terserah’?
Pernah punya teman yang ketika ditanya soal enak atau tidaknya sebuah makanan akan selalu menjawab ‘biasa saja’?
Jangan-jangan malah diri sendiri juga sering bersikap demikian. Mari kita evaluasi kembali, apa yang sekiranya menyebabkan seseorang selalu menjawab demikian.

Mungkin memang teman kita ini berada dalam keadaan yang perlu disikapi dengan ‘terserah’, menyerahkan keputusan pada orang lain. Mungkin memang makanan yang dimakan tadi biasa-biasa saja enaknya, tidak enak sekali dan juga bukan tidak enak. Ini adalah jawaban atas fakta apa adanya. Tapi di sisi lain, besar kemungkinan juga karena yang bersangkutan tidak bisa memutuskan mau yang mana, atau memutuskan bagaimana kadar kenikmatan suatu makanan, apakah enak sekali, biasa saja atau kurang enak. Bilamana ini yang terjadi, maka ini adalah problema pengambilan keputusan. Ada orang yang cepat mengambil keputusan, ada juga yang lama dan bahkan tidak bisa memutuskan.

Sebenarnya, ada 2 tahap yang perlu dilalui seseorang saat mengambil keputusan, yakni tahap analisa dan tahap memutuskan. Tulisan ini membahas preferensi berpikir yang mendasari kecepatan pengambilan keputusan seseorang dengan menelaah 2 tahap tersebut.

1.    Tahap Analisa

Kecepatan analisa setiap orang berbeda tergantung dari preferensi berpikir yang dominan dalam diri seseorang. Ada 3 kelompok preferensi berpikir dalam hal analisa ini:

a.     Global vs Detail

Mereka yang berpikir secara global akan lebih cepat menganalisa karena hanya melihat pokok pembahasannya saja, melihat data secara garis besar. Sedangkan mereka yang cendrung detil perlu memilah satu per satu hal detil sehingga butuh waktu lebih lama.

b.    Concrete vs Abstract

Mereka yang berpikir secara konkrit menganalisa berdasarkan data yang ada, sehingga lebih cepat karena hanya berhadapan dengan fakta yang ada di depan mata. Mereka yang cendrung berpikir secara abstrak menganalisa berbagai konsep yang tidak kasat mata, saling mengaitkan berbagai prinsip dan symbol sehingga butuh waktu lebih lama dalam menganalisa.

c.    Visual vs feeling

Mereka yang cendrung visual mengandalkan apa yang dilihat secara kasat mata sehingga lebih nyata dan mudah menganalisanya. Sebaliknya, mereka yang cendrung feeling mengandalkan perasaan saat menganalisa, lalu perlu memastikan perasaannya sendiri bahwa itu benar atau cocok. Hal ini berarti butuh waktu waktu 2x lebih lama, belum lagi saat ‘not feel so good’ alias sedang galau sehingga tidak bisa fokus merasakan analisa tadi.

Silakan kombinasikan berbagai preferensi berpikir di atas. Misal, seseorang yang berpikir global, concrete dan visual jelas akan lebih cepat analisa daripada mereka yang berpikir menggunakan feeling, abstract dan detil.

Harap dicatat bahwa kecepatan analisa ini tidak berbanding lurus dengan kualitas analisa yang dilakukan. Ada yang mampu menganalisa dengan cepat tapi tidak akurat. Di sisi lain, ada yang lambat dalam menganalisa namun akurat hasil analisanya.

2.    Tahap Memutuskan

Setelah analisa, tibalah saatnya untuk memutuskan. Berikut ada 4 kelompok preferensi berpikir yang menentukan kecepatan seseorang dalam mengambil keputusan.

a.     Procedural vs Optional

Mereka yang bekerja secara procedural akan lebih mudah mengambil keputusan karena mengikuti prosedur atau tata aturan yang sudah ada. Sebaliknya, mereka yang optional bekerja secara acak, tidak teratur dan menyukai berbagai pilihan/alternatif yang ada. Saat memutuskan, mereka yang cendrung optional akan mencari berbagai alternatif lain, siapa tahu ada yang lebih cocok dan benar. Hal ini yang membuat lama saat memutuskan.

b.    Global vs Detail

Sama seperti saat analisa, mereka yang cendrung berpikir global akan cepat memutuskan tanpa perlu meneliti detil-detil yang diperlukan. Mudah untuk menerka mana yang lebih cepat, bukan?

c.    Internal vs External

Ini membahas tentang locus of control, tentang otorisasi mengacu pada siapa saat memutuskan. Mereka yang cendrung internal mengandalkan dirinya saat memutuskan, sehingga lebih cepat. Bandingkan dengan mereka yang cendrung eksternal. Setiap kali ingin memutuskan, mereka perlu minta pendapat orang lain, satu atau lebih dari satu orang. Terkadang juga perlu mencari literatur pendukung dari luar, misal dari buku dan artikel.

d.    Towards pleasure vs Away from pain

Sesuai dengan namanya, mereka yang cendrung berpikir secara towards pleasure akan mengambil keputusan sesuai dengan apa yang diinginkan, berfokus pada tujuan yang dicapai. Sebaliknya, seseorang dengan kecendrungan berpikir away from pain, selalu berfokus pada apa yang perlu dihindari, menghindari resiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi sehingga butuh waktu lebih lama mempertimbangkannya.


Silakan kombinasikan berbagai preferensi berpikir dalam kecepatan pengambilan keputusan ini.  Mereka yang berpikir away from pain, detil dan eksternal akan butuh waktu sangat lama untuk memutuskan karena wajib memastikan keputusannya aman bagi semua orang. Bahkan ada yang tidak berani memutuskan karena waswas yang berlebihan. Apalagi kalau optional, perlu mencari alternatif-alternatif lain secara detil yang tidak beresiko dan pasti aman bagi semua orang.  

Sama seperti tahap analisa, kecepatan memutuskan ini tidak berbanding lurus dengan kualitas keputusan yang dilakukan. Cepat memutuskan belum tentu akurat keputusannya, dan mereka yang lambat memutuskan belum tentu salah pula. Yang repot adalah, tidak memutuskan.

Berita baiknya, semua preferensi berpikir di atas tidaklah permanen. Bila sudah tahu, dan diperkuat oleh kemauan untuk berubah, maka kita bisa mengatasinya. Silakan hubungi meta coach untuk membantu Anda.

Anda termasuk yang mana?


Jakarta, 23 Desember 2022
Mariani
METAMIND
Meta Coach

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read