Klarifikasi/Clarity

Written by Mariani Ng Posted in Coaching Skills on Monday, 14 June 2021.

Klarifikasi/Clarity
(Sebagai salah satu skills dalam kompetensi Meta Coaching Systems)

Kejelasan.
Pernah ngobrol tapi ga jelas apa yang diobrolkan? Pernah bicara asyik tapi ternyata salah persepsi?
Itu bisa terjadi karena kita asyik ngobrol dengan persepsi kita sendiri. Masing-masing mengira sudah tahu apa yang dimaksud tapi ternyata beda persepsi. Satu kata yang sama tapi definisi berbeda.

Dalam proses coaching, ini penting agar sesi coaching efektif dan efisien. Efektif tepat sasaran. Efisien menghemat waktu. Untuk itu, seorang coach perlu jelas atas apa yang disampaikan oleh coachee.

Klarifikasi atau clarity adalah ketrampilan bertanya untuk memperoleh kejelasan atas apa yang dimaksud oleh coachee. Beberapa kalimat tanya yang digunakan untuk clarity ini antara lain:

  1. Apa definisi X yang kamu sampaikan tadi?
  2. Apa arti X? (beda dengan “apa arti X bagimu?”)
  3. Apa yang kamu maksud dengan X? (bedakan dengan “Apa maksudmu dengan X?”)
  4. Apa yang dilihat dan didengar untuk menjelaskan X ini?

Klarifikasi ini penting karena sering salah persepsi, buang waktu. Adakalanya coachee jadi bingung sendiri karena beda persepsi, sehingga mengganggu hubungan coaching (break the rapport).

Dalam salah satu mentoring coaching, coachee mengatakan bahwa ingin sehat. Sebagaimana umumnya, coach berpersepsi bahwa sehat itu adalah tidak sakit. Pertanyaan demi pertanyaan diarahkan tentang apa yang sedang terjadi sehingga sakit dan bagaimana agar sembuh dan sehat. Padahal, yang ada di benak pikiran coachee adalah bagaimana agar bisa naik tangga 3 lantai ruko tanpa nafas tersengal-sengal.

Salahkah coachee menggunakan istilah ‘sehat’ yang definisinya demikian? Setiap orang mengalami generalisasi, deletion dan distortion dalam proses berpikirnya. Maka setiap orang bebas saja menggunakan istilah apapun sesuai dengan apa yang ada di benak pikirannya. Tugas kita sebagai coach yang perlu meng-klarifikasi agar tidak ikutan distorsi.

Di sesi lain, ada seorang coachee mengatakan bahwa dia ingin di-coach agar bisa baca buku. Secara alamiah, coach (dan kita yang baca di sinipun) akan langsung bertanya “buku apa yang ingin dibaca?”. Panjang lebar coachee menjelaskan tentang buku yang ingin dibaca, kapan dan di mana sesuai pertanyaan coach tersebut. Namun ternyata apa yang dimaksud dengan kata ‘baca’ tadi adalah membaca sampai selesai setiap halaman di buku tersebut. Hahaha … Apa kepikiran untuk melakukan klarifikasi atas kata ‘baca’ tadi?

Bagaimana melakukan klarifikasi saat coaching?
Tanyakan setiap kata yang disampaikan, mulai dari terminologi yang tidak umum, istilah yang digunakan sampai dengan kata-kata yang umum sekalipun namun bertendensi rancu. Saya sendiri akan menanyakan dengan penasaran setiap kata sederhana yang disampaikan, dengan frame bahwa ada apa kok menyampaikan kata-kata sederhana itu. Jadi jangan kaget kalau kata ‘ingin’ saja bisa saya tanyakan bilamana ada tanda-tanda rancu.

Bagaimana tahu bahwa kata yang diucapkan ada tanda-tanda rancu?
Listening. Perhatikan cara orang tersebut berucap. Ada ekspresi yang berbeda, penekanan suara, cara pengucapan, gesture .. semua ini ikut memberi andil dalam menimbulkan kerancuan tadi. Rasa penasaran memicu saya untuk klarifikasi.
 
Dan tentunya, caramu bertanya akan menentukan jawabannya.
Kata ‘apa artinya’ bisa merujuk ke klarifikasi definisi, juga bisa merujuk ke makna yang diberikan. Kata ‘maksud’ bisa merujuk ke klarifikasi, juga bisa mengarah ke intention.
Dan terutama, saat menanyakan definisi, tidak semua orang serta merta mampu memberikan definisinya, alias perlu waktu untuk berpikir dan merumuskan definisi tersebut. Kadang kita bertanya dengan nada dan ekspresi yang tidak memberi waktu dan ruang coachee untuk merumuskannya. Sehingga coachee gagal jawab.

Klarifikasi saat sesi coaching bukan hanya ditanyakan di awal sesi coaching tapi bisa juga di tengah dan bahkan akhir sesi coaching sekalipun. Hal ini terjadi bilamana kita mendengarkan ketidakselarasan atau ucapan yang tidak kongruen.

Pada salah satu sesi mentoring, coachee mengatakan ingin disiplin berdoa setiap hari. Klarifikasi dilakukan atas kata disiplin dan setiap hari secara terperinci, jelas. Coachee menjelaskan kegiatannya yang sekarang lebih banyak work from home (WFH) sehingga awalnya mengira akan punya lebih banyak waktu untuk berdoa tapi ternyata tidak. Waktu jadi tidak beraturan semenjak WFH. Rutinitas yang selalu dilakukan adalah berdoa sebelum berangkat kerja. Hal ini membangun persepsi bahwa sejak WFH maka tidak lagi berdoa secara rutin setiap hari karena tidak berangkat kerja apalagi dengan waktu yang tidak beraturan tadi. Dan setelah dikonfirmasi ulang, ternyata coachee berdoa setiap hari!! Hanya perasaannya saja kurang. Berdoa berapa kalikah yang diharapkan? Coachee menjelaskan frekuensi doa yang diinginkan dalam 1 hari. Namun saat ditanya apa pentingnya coachee melakukan doa sekian kali sehari, jawaban dan ekspresi yang ditunjukkan tidak kongruen. Coachee juga merasakan ada yang kurang. Merasakan!!

Akhirnya diajukan pertanyaan klarifikasi “apa definisi berdoa bagi coachee?”.
Coachee berpikir cukup lama untuk merumuskan dan akhirnya mendapatkan bahwa ternyata doa itu adalah berkomunikasi dengan Tuhan, secara khusuk dan khidmat. Aha!! Selama ini menjalankan doa sebagai ritual saja, tidak khusuk dan khidmat. Pantas saja tidak kongruen tadi. Dan kalau tidak kongruen, bagaimana akan disiplin? Akhirnya subyek coaching bukan lagi tentang disiplin berdoa setiap hari, tapi bagaimana agar mampu berkomunikasi dengan Tuhan secara khusuk dan khidmat walaupun tidak setiap hari. Ganti subyek coaching!!

Klarifikasi.
Bukan hanya sekedar tanya atas terminologi, istilah dan kata – namun juga mampu mendengarkan gesture dan ekspresi serta analisa atas respon yang diberikan.

Saya yakin bahwa proses klarifikasi ini bukan hanya diperlukan dalam proses coaching. Dalam komunikasi sehari-haripun kita perlu jelas agar tidak miskomunikasi.

Selamat mempraktekkan. Semoga bermanfaat.

Jakarta, 3 Juni 2021 Mariani METAMIND
Meta Coach

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read