Mau dibawa kemana hidup ini?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Saturday, 31 October 2015.

Mau dibawa kemana hidup ini?

Kita sering merasa tahu apa yang kita mau, apa yang kita kehendaki. Begitu yakinnya sampai kita tidak pernah berhenti sejenak untuk berpikir secara spesifik, mau dibawa kemana hidup ini, apa tujuan hidup kita. Begitu yakinnya sampai membuat kita sibuk beraktifitas dalam rangka mencapai apa yang kita kehendaki itu, hari demi hari. Tak kenal lelah, tak kenal putus asa. Sayangnya, aktifitas-aktifitas ini hanya membuat kita terlelap dalam kesibukan tanpa akhir. Tanpa mengetahui secara spesifik apa yang kita inginkan, bagaimana kita tahu persis apa yang perlu kita lakukan? Tanpa pertimbangan tujuan yang spesifik, bagaimana kita bisa evaluasi langkah-langkah yang telah kita perbuat?

 

 

Pagi-pagi Anas sudah bangun. Sebentuk senyum mengulum di wajahnya penuh ceria.

 

‘Pagi yang indah’, ucapnya pada diri sendiri. ‘Hari ini pasti lebih baik lagi’.

 

Dengan perasaan segar Anas langsung bersiap-siap mandi, makan dan berangkat ke kantor. Sebagaimana hari lain, hari ini Anas tetap optimis menyongsong masa depan dengan ceria. Hari ini pasti lebih baik dari kemarin, itu pedomannya.

 

Sepanjang hari dia bekerja sesuai rutinitas biasa, menghubungi klien, menyelesaikan laporan, menuntaskan kasus-kasus yang tertunda. Demikian sibuknya hingga tanpa disadari sore sudah menjelang. Ketika jam kerja selesai, Anas bergabung dengan teman-temannya kumpul-kumpul makan malam. Aktivitas ini dijalankan rutin setiap hari dengan penuh semangat. Tidak lupa, sebelum tidur Anas evaluasi diri apa yang telah dilakukan sepanjang hari ini. Apa yang telah berhasil diselesaikan hari ini, apa yang perlu diselesaikan besok dan beberapa pengalaman berkesan hari ini. Setelah itu baru dia membaca buku hingga tertidur. 

 

Tapi sore ini, Anas menemukan sesuatu yang baru. Ketika baru saja hampir meninggalkan ruang kantornya, dia diajak Pak Robert atasannya untuk ngopi bersama. Atasan ini sering ngobrol dengannya, baik sebagai atasan maupun teman ngobrol di kala senggang. 

 

‘Saya ingin tahu apa rencanamu buat tahun ini’, mulai Pak Robert setelah menghirup kopi di depannya.

 

‘Tahun ini?’, Anas mengulangi kata itu sambil berpikir.

 

‘Target perusahaan, itu yang pasti’, lanjutnya segera.

 

‘Bagus. Lalu bagaimana untuk dirimu sendiri?’.

 

‘Pasti lebih baik dari kemarin’, jawab Anas tanpa berpikir lagi.

 

Pak Robert tersenyum kecil, ‘Seperti apa, Nas?’.

 

‘Yach ... lebih enjoy ... lebih semangat .. mulai bisa on-time’, jawabnya memaparkan.

 

Belum pernah dia berpikir akan lebih baik seperti apa. Bukankah hidup ini jalan terus, mengalir apa adanya?

 

‘Saya kadang penasaran, Anas. Apa tujuan hidupmu?’.

 

Anas benar-benar terdiam. 

 

‘Pernah kamu berpikir apa maumu sebenarnya dengan aktivitas sehari-hari begini?’, lanjut Pak Robert lagi.

 

Yang ditanya masih diam, pertanyaan yang belum terpikirkan jawabannya.

 

‘Terus terang belum pernah terpikirkan oleh saya, Pak. Yang pasti, saya ingin lebih baik dan lebih baik lagi’, jawabnya jujur.

 

‘Hahaha ... itu memang tujuan semua orang. Masak ada yang ingin lebih buruk dari kemarin’, Pak Robert tertawa menanggapinya.

 

‘Tapi kalau sudah lebih baik terus mau apa? Kamu ingin jadi apa? Apa tujuan hidupmu? Masak sih kamu hidup tidak punya tujuan’.

 

Anas terdiam beberapa saat sambil memandang jauh.

 

‘Tujuanku sederhana. Hidup tidak susah seperti dulu. Saya mesti jualan kue untuk biaya sekolah. Jalan kaki sekian kilometer, kalau panas kepanasan, kalau hujan mesti bawa baju dalam plastik biar bisa ganti baju di sekolah’.

 

Anas tampak menerawang kembali ke masa-masa lalunya.

 

‘Sekarang kamu sudah punya apartemen sendiri, sudah punya mobil pribadi. Tidak perlu kepanasan atau kehujanan lagi’, Pak Robert menyambung dengan hati-hati.

 

‘Yang pasti sekarang kamu sudah lebih baik dari dulu ..’, lanjutnya.

 

Anas mengangguk bangga.

 

‘Terus, what next?’, lanjut Pak Robert tetap pada pertanyaan semula.

 

‘Dari tadi yang kudengar melulu adalah apa yang kamu tidak mau, yang kamu hindari. Sekarang semuanya tampak sudah berlalu, sudah bisa kamu hindari. Apa berarti hidupmu sudah selesai?’.

 

Anas masih diam, mulai memahami apa maksud Pak Robert.

 

‘Belum’, jawabnya kalem.

 

‘So, what next?’, tanya Pak Robert dengan suara menantang.

 

 ‘Saya perhatikan selama ini kamu kerja adem ayem saja. Sebagai atasanmu, jujur saya akui kamu ini punya potensi besar. Kritis, cepat, semangat tinggi. Tapi saya perhatikan kamu ini kurang punya tujuan. Adem ayem saja ... tenang seperti hidup hanya buat hari ini’.

 

‘Hidup ini seperti air mengalir, Pak. Ikuti saja’, Anas mengeluarkan alasannya.

 

‘Setuju. Tapi juga perlu hati-hati kemana air itu mengalir. Kalau ke got, gimana?’.

 

Hampir menyembur kopi yang baru diteguk Anas. Benar!! Bagaimana kalau ke got?!

 

‘Apa maksud bapak sebenarnya?’.

 

‘Punya target, Nas – punya tujuan. Mau jadi lebih baik itu saja perlu detil, lebih baik seperti apa? Apanya yang lebih baik? Kalau sudah lebih baik terus bagaimana? Mau kaubawa ke arah mana hidup ini ....’.

 

Anas mengangguk setuju, sesuatu yang belum pernah dipikirkan selama ini. 

 

‘Hidup perlu punya tujuan, agar tidak ngambang dan adem ayem begitu saja. Pelabuhan mana yang mau kamu tuju? Bawa kompas agar tidak nyasar. Bawa bekal agar tidak kelaparan. Lakukan sesuatu agar lebih cepat mencapai tujuan, tidak ngambang terombang-ambing di tengah lautan tanpa arah. Salah salah terbawa ombak balik lagi ke tempat semula’.

 

Lagi-lagi Anas mengangguk setuju.

 

Memang selama ini dia merasa bersemangat, merasa bahagia dan puas atas apa yang telah dicapai dan dimiliki sekarang. Tapi jujur, dia merasakan ada yang hilang dalam hidupnya. Jauh di lubuk hati terdalam sana dia merasakan kehampaan, tanpa arah.

 

Bila sudah demikian, hidup ini hanya sekedar kewajiban tanpa ada kenikmatan. 

 

Apa yang membuat anda meninggalkan pelabuhan?

 

Pelabuhan manakah yang akan anda tuju?

 

Hidup ini hanya sekali, mau dibawa kemana hidup ini?  

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read