Mental Karyawan

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Monday, 05 December 2022.

Adakah itu?
Yang ada adalah sekumpulan preferensi berpikir yang membentuk pikiran dan perasaan sebagai seorang karyawan, yang lalu disimpulkan sebagai sebuah keyakinan (belief), lalu kemudian menjalankan hidup sehari-hari sesuai dengan apa yang diyakini tersebut.

As we map things, so we become.
Kita menjadi sesuai dengan apa yang kita yakini, bukan sesuai dengan apa yang kita miliki; potensi dan berbagai sumber daya anugerah dari Sang Pencipta.

Apa itu preferensi berpikir?
Preferensi berpikir adalah cara seseorang mem-filter informasi dalam proses berpikirnya. Di dunia Neuro Semantics-NLP disebut sebagai Meta Program. Cara seseorang mem-filter informasi ini secara tidak langsung membentuk karakter orang tersebut. Seseorang yang berpreferensi global akan cendrung dianggap cuek karena kurang perhatian, padahal sebenarnya mereka memberikan perhatian tapi hanya pada hal-hal umum saja secara gambaran besar (general/global). Sebaliknya, mereka yang berpreferensi detail akan dianggap cerewet, suka membahas hal-hal pritil detail.

Dalam bukunya “Figuring Out People”, Michael Hall menuliskan ada 60 kategori preferensi berpikir plus 12 kategori di awal tahun 2022. Preferensi berpikir ini muncul secara simultan dalam konteks tertentu, bukan muncul satu per satu secara bergiliran. Oleh sebab itu, kita tidak bisa memberi label pada seseorang berdasarkan preferensi berpikirnya karena bersifat kontekstual. Namun kita bisa mengenali, mengurai dan kemudian merubahnya dengan coaching bilamana diperlukan.

Saya amati ada beberapa preferensi berpikir yang membentuk ‘mental’ karyawan seseorang.
1.    Away from pain – Details – Abstract
3 preferensi ini saya gabungkan untuk merujuk pada cara pandang orang tersebut.
-    Away from pain: Orang-orang yang berpreferensi ini cendrung menghindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, mudah melihat hal-hal yang dianggap negative, waswas, risk-avoidance dan safety player.
-    Detail: Orang yang detail akan cendrung melihat semua hal secara pritil detail (saya sering sebut sebagai ‘mengais’ detail). Bisa dibayangkan akan seperti apa bila seseorang selalu melihat setiap hal pritil detail sebagai potensi yang merugikan/membahayakan?
-    Abstract: merujuk pada preferensi berpikir yang konseptual dan kurang melihat fakta apa adanya secara konkrit.
Bilamana seseorang yang berpreferensi away from pain namun mampu berpikir secara global tentu akan lebih optimis. Demikian juga kalau orang yang bersangkutan mampu melihat keadaan lebih konkrit, tentu akan berbeda ceritanya.

2.    Sameness - Procedural
2 preferensi ini merujuk pada cara pandang dan cara kerja yang memproyeksikan juga cara beradaptasi dengan perubahan.
-    Sameness: Orang-orang yang berpreferensi berpikir ini cendrung lebih mudah melihat kesamaan, mencari persamaan dan lebih nyaman kalau berada dalam situasi yang sama dengan sebelumnya.
-    Procedural: Merujuk pada cara kerja yang wajib sesuai prosedur (SOP). Orang dengan preferensi berpikir ini tidak bisa menyusun prosedur (SOP) dan lebih cocok kalau beraktivitas dalam lingkungan yang sudah ada prosedurnya.
Orang-orang dengan preferensi berpikir seperti ini lebih memilih bekerja sebagai karyawan, dan hanya akan cocok di tempat kerja yang sudah jelas sistem operasionalnya.

Apakah mereka bisa mandiri? Bisa, malah justru akan terkesan sangat mandiri karena preferensi berpikir di bawah ini.
 
3.    Own Perspective - Locus of control: Internal
2 preferensi berpikir ini merujuk pada cara pandang dalam mengambil keputusan.
-    Own Perspective: Orang-orang ini biasa disebut orang yang berkacamata kuda, karena hanya melihat dari sudut pandang diri sendiri, kurang peka untuk melihat dari sudut pandang berbeda.
-    Locus of control internal: Orang-orang ini biasa disebut sebagai orang yang keras kepala. Semua keputusan berada dalam tangannya sendiri, kurang mendengarkan masukan dari orang lain.
Orang-orang yang memiliki 2 preferensi berpikir ini secara bersamaan hanya berada dalam ‘dunia’nya sendiri. Apa yang dianggapnya benar akan dipertahankan dengan keras sebagai sebuah kebenaran, tanpa ada yang bisa menggoyahkan.

Bila seseorang mempunyai kecendrungan kuat dalam 3 kelompok preferensi berpikir di atas, maka bisa dipastikan orang tersebut terbiasa bekerja sebagai karyawan dalam perusahaan besar yang sudah ada sistem prosedur yang terperinci, berstruktur dan jelas, apapun jabatannya. Kebiasaan ini didukung oleh pemikiran yang selalu benar menurut sudut pandang dirinya sendiri, plus keengganan untuk melakukan sesuatu yang berbeda karena kuatir berpotensi masalah. Lebih baik ‘main aman’ saja, berada dalam comfort zone yang sudah jelas akan ke arah mana nantinya. Terima gaji setiap bulan secara pasti, untuk biaya hidup dan bayar cicilan, tidak perlu mengambil resiko apapun yang digambarkan sebagai perjuangan berat.

Apakah benar-benar perjuangan berat untuk keluar dari comfort zone sebagai seorang karyawan?
Sebenarnya tidak, bila didukung oleh keberanian untuk mencoba. Pikiran dan perasaan selalu saling mempengaruhi. Mental karyawan, adalah efek dari preferensi pikiran sesuai penjelasan di atas, yang kemudian didukung oleh perasaan yang kuat untuk selalu melindungi diri. Sebuah pemikiran yang dianggap paling benar padahal hanya melihat dari kacamatanya sendiri, yang didukung oleh perasaan-perasaan tadi.

Jadi, mental karyawan itu sebenarnya adalah respon atas perasaan takut keluar dari comfort zone, ketidakberanian untuk mengambil resiko, ‘arogansi’ untuk melihat dari kacamata berbeda dan kemudian, keengganan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Proses coaching akan membantu untuk mengenali dan kemudian mengurainya agar jadi tahu yang mana yang perlu dikembangkan dalam rangka merubah apa yang disebut sebagai mental karyawan ini.

Apakah salah bila bermental karyawan?
Tentu tidak. Karena ini adalah pilihan hidup masing-masing..
Yang penting, apakah sikap mental karyawan ini telah memaksimalkan hidup kita dan telah menjadi saluran manfaat buat orang banyak?

Disclaimer: Tulisan ini tidak untuk menunjukkan mana yang baik atau mana yang benar. Tulisan ini bertujuan  memberikan gambaran atas apa yang terjadi dalam pola pikir seseorang yang mengganggap dirinya bermental karyawan agar apapun pilihannya, jadilah yang terbaik atas pilihan tersebut.


Jakarta, 4 Desember 2022
Mariani
METAMIND
Meta Coach

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read