Siapa Tuannya siapa?

Written by Mariani Ng Posted in Mariani Ng on Sunday, 12 June 2016.

Siapa menguasai siapa?

 

Di pinggir jalan ada petunjuk belok kiri menuju tempat yang sedang kutuju, tapi google map di ponselku menunjuk ke arah yang berbeda, lurus. Sejenak ada keraguan mau pilih arah mana namun kemudian kuputuskan lurus saja menuruti petunjuk mbah Google meskipun jalan di depan saya ini mulai macet. Alhasil, mobil saya baru jalan sedikit lalu berhenti. Maju lagi tersendat .. 2 jam berada dalam kemacetan kulalui dengan sabar sambil menahan lapar. Mengikuti arah petunjuk google map ini ternyata kembali ke jalan semula. Jalan di mana ada petunjuk belok kiri tadi. Huahahaaaaa ....

 

Saya tertawa bukan karena google map salah tunjuk. Bukan pula karena saya kembali ke tempat semula setelah 2 jam berada dalam kemacetan plus lapar tadi. Saya menertawai ketidakpedean saya. Lucu. Malu. Geli. Wkwkwkkkk ....

 

Dulu sebelum ada google map, saya selalu ikuti petunjuk jalan. Dulu ketika kantor saya masih di kompleks pertokoan, setiap kali pulang tinggal kendarai mobil pulang tanpa mikir lewat jalan mana. Ketika kantor pindah ke area samping tol, setiap kali pulang saya selalu melirik ke jalan tol apakah macet atau tidak baru kemudian ambil keputusan mau pulang lewat tol arah mana. Sekarang, setiap kali mau pulang selalu tanya mbah Google terlebih dahulu jalan mana yang lancar padahal masih bisa melirik ke jalan tol yang sama. Seakan tidak lengkap kalau tidak tanya mbah Google. Dan alhasil .. nyasar plus habiskan waktu dan enerji di jalan tadi dengan sia-sia, hanya karena ketergantungan, atau karena tidak percaya diri lagi tanpa bantuan teknologi?

Kehadiran teknologi memang membantu kita dalam banyak hal. Mau cari informasi? tanya mbah Google. Baca buku? Ada di gadget. Cari jalan? Minta panduan mbah Google. Mau belanja? Tinggal angkat gadget. Windows shopping? Tinggal telunjuk dan jempol geser-geser di gadget. Pesan taxi? Ojek? Tinggal pesan lewat gadget. Bahkan relasi dengan orang lain-pun tinggal angkat gadget. Instagram, facebook, whatsapp ... duduk sendiri bisa tersenyum-senyum sendiri sambil melihat gadget di tangan. 

 

Ada slogan “teknologi mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat” – termasuk diri sendiri. Ketika semua kegiatan bergantung pada teknologi, termasuk mencari data, belajar dan analisa... hendaknya kita sikapi dengan cermat agar tidak mengikis identitas diri kita sendiri. Ketika ketergantungan sudah sedemikian rupa banyaknya, sampai-sampai diri ini kurang berperan, plus ‘dimanjakan’ oleh kelimpahan hal-hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, tanpa sadar dunia kita hanya sebesar gadget di tangan. 

 

Lalu, apakah kecanggihan teknologi ini membahayakan umat manusia? Tentu tidak, kecuali kita mulai kehilangan kendali dan bergantung sepenuhnya pada kecanggihan teknologi ini. Perhatikan deh orang-orang yang sedang menunggu di lobi,  yang sedang tunggu teman yang belum datang, atau tunggu lift. Sekarang orang-orang lebih sabar alias tidak ada lagi yang ngedumel tunggu kelamaan, karena sudah ada gadget yang bisa dibaca, ditelusuri – bahkan senyum-senyum sendiri. Bagus bukan? 

 

Merugikan diri sendiri-kah? Tidak. Justru kita yang merugikan diri sendiri bila menyerahkan seluruh waktu dan perhatian kita pada teknologi-teknologi terutama gadget di tangan ini. Coba cermati, ketika bangun pagi, yang biasanya selalu berdoa sebelum melakukan kegiatan lain, sekarang kegiatan apa yang didahulukan? Ambil gadget di samping kasur, cek kalau-kalau ada email masuk, atau ada WA Chat, atau ada facebook masuk, siapa yang masang instagram .. 

 

Pagi hari yang biasanya diawali dengan baca koran, nonton tv atau baca buku .. sekarang malah sudah sibuk baca gadget bahkan masih di atas kasur. Tahu-tahu terkesiap bangkit dan buru-buru berangkat kerja. Olahraga? Lewat sudah waktunya.

 

Saya tersenyum-senyum sendiri sambil mengetik ini, mengetik dengan HP android samsung saya. Barang kecil yang hanya segengaman tangan ini mampu merontokkan rasa percaya diri saya sendiri. Ada petunjuk belok kiri malah lurus ikuti apa kata di HP. Hahaha .. siapa yang bodoh? Ya saya sendiri. Hendaknya saya yang menguasai HP ini, saya yang mengontrol kapan dibaca kapan tidak, saya yang mengambil keputusan mau belok atau lurus. HP ini hanya menyodorkan data, bahkan tanpa persepsi. Polos apa adanya. Saya-lah yang melakukan analisa, berdasarkan pengalaman dan intuisi saya, lalu mengambil keputusan sendiri. Dan pada akhirnya, walaupun salah, tetap tanggung jawab saya pribadi. Tidak bergantung dan tidak menyalahkan orang lain, apalagi pada HP yang notabene hanya benda pasif belaka. 

 

Semoga pengalaman saya di atas tidak dialami oleh Bapak dan Ibu lain.

Semoga tulisan ini mengingatkan kembali agar segera ambil kembali kontrol atas hidup kita, bukan pada eksternal (teknologi).

 

Be master of yourself.

Jadilah tuan rumah bagi dirimu sendiri.

 

12 Juni 2016.

Mariani

 

About the Author

Mariani Ng

Mariani Ng

She is a Founder of PT. METAMIND Tata Cendekia and the first woman in ASIA who is certified and licensed trainer of  NLP – NS trainings to provide International Certification of Meta-NLP Practitioner, International Certification of Master Practitioner.

Click here for detail

Why METAMIND?  read