Apa Yang Telah Saya Lakukan?
Apa Yang Telah Saya Lakukan?
- • Mariani Ng - 19 August 2024

Cerita dari seorang Meta Coach: 'Kemarin saya ditelepon oleh branch manager dari luar kota, cerita tentang masalahnya. Saya hanya melakukan acknowledgement, mengulang kata katanya, banyak clarify dan sering exploration. Ketika saya bertanya, sering terjadi silent atau jeda..... sore harinya beliau telepon lagi dengan antusias dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang, apa yg dianggap sebagai masalah telah selesai, .... dan saya pun merenung sendiri, emang apa yg telah saya lakukan ?'
Cerita ini bukan hanya sekali dua kali terjadi, tapi sering terjadi. Masalah klien selesai tanpa coach-nya sendiri tahu bagian mana atau bagaimana kok masalah klien bisa selesai atau 'solved', bahkan kadang pada saat sesi coaching sedang berlangsung.
Inilah indahnya seni coaching. Dan umumnya ini terjadi pada sesi coaching informal. Apa yg terjadi sebenarnya? Proses komunikasi itu sendiri yg memungkinkan hal ini terjadi. Sebagai coach, kita hanya menjadi cermin .. cermin refleksi dari klien itu sendiri. Sebagai teman bicara, coach adalah 'somebody to talk WITH'. Bukan 'somebody to talk TO' atau diajarkan apalagi disalahkan. Just be there. Dengan mendengarkan, klien merasa bebas bercerita panjang lebar dan merasa plong. Kelegaan ini memberinya 'ruang' untuk berpikir secara objektif tanpa dikuasai emosi lagi. Trust yg dibangun, membangun rasa aman untuk bercerita sampai lega, juga secara tidak langsung membangun rasa percaya diri pada klien untuk eksplorasi dan menemukan jawabannya sendiri. Dengan menjadi 'cermin', klien merasa sedang melihat sebagai observer tanpa keterlibatan emosi, alhasil mampu berpikir secara objektif.
Setiap masalah pada dasarnya ada solusi bila berpikir dengan tenang dan objektif. Ironinya, orang yg punya masalah lebih sering terjebak dalam lingkaran emosional sendiri, berusaha keluar dari masalah, menyalahkan penyebab-penyebab terjadinya masalah atau malah mempermasalahkan masalah, yang akhirnya justru semakin terjebak dalam lingkaran perasaan bermasalah itu sendiri.
Jadi, bila kita mampu memberikan supporting dengan baik, 'hadir' seutuhnya dan mendengarkan dengan baik sambil tetap menjaga state yg mendukung (nada suara netral - tidak menyalahkan atau mendukung), klien akan merasa aman bercerita, nyaman bereksplorasi dan ketika melihat cerminannya sendiri, klien mampu keluar dari lingkaran perasaan dan menemukan jawabannya sendiri.
Dan coach .. hanya cukup hadir mendengarkan, menyahut dan berespon tanda memahami, lalu beri ruang untuk berpikir. Sesekali bertanya untuk memancing eksplorasi lebih dalam dan luas. Pertanyaan yg tepat akan mengajak klien melihat dari sisi yg berbeda yg belum pernah terpikirkan selama ini, tanpa coach-nya sendiri tahu apa dan bagaimana. Itulah sebabnya saya sering katakan bahwa bertanyalah sesuai dengan apa yg disampaikan, tanpa persepsi diri si coach, tanpa perlu coach banyak berpikir mana yg tepat mana yg tidak.
Just as simple as that :-)

Mariani Ng
Recent Posts
Collaborative
- • Mariani Ng - 28 February 2025
Bhutan, Negara Bahagia
- • Mariani Ng - 13 February 2025
Beda Itu Indah
- • Mariani Ng - 08 February 2025
Well-Formed Problem
- • Mariani Ng - 06 January 2025
Pemaknaan
- • Mariani Ng - 06 January 2025
Popular Posts
Apa Itu Neuro-Semantics?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
Apa itu Meta Coach?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
7 Ketrampilan Dasar Meta Coach
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Untuk Apa Neuro Semantics (NS) – NLP Diciptakan?
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Apakah Mereka Boleh Berpikir?
- • Mariani Ng - 28 August 2024