Coaching Hanya Satu Sesi Kah?
Coaching Hanya Satu Sesi Kah?
- • Mariani Ng - 26 March 2025

Coaching Hanya Satu Sesi?
(Tulisan ini dirangkai sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan tentang coaching di Indonesia)
The Map is Not the Territory.
Peta Bukanlah Wilayahnya (apa yang kita pikirkan belum tentu kenyataan yang sebenarnya)
Sayangnya, kita semua merespons berdasarkan peta realitas kita masing-masing. Ini membuat saya berpikir, ketika seseorang menyebutkan bahwa coaching itu sama dengan psikolog abal-abal, itu berdasarkan realitas yang mana? Bila pernah menjalani sesi coaching sebagai klien dan merasakan proses tersebut menyentuh pikiran dan perasaannya, maka bisa jadi itu kemudian dianggap seperti psikologi. Dan apabila coach yang bersangkutan bukan seorang psikolog, maka jadilah istilah psikolog abal-abal. Karena jelas bagi orang tersebut, itulah yang mereka anggap benar. Dan saya yakin, teman-teman yang membaca ini pun ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.
Terkadang, saat kita menjelaskan sesuatu, kita sebenarnya sedang memproyeksikan apa yang ada dalam diri kita, seolah-olah itu adalah curahan hati. Saat ini, banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai seorang coach. Sering kali ini membingungkan. Pada tahun 2008-2009, saya sedang mencari sales untuk METAMIND dan bertemu dengan seorang kandidat yang mengaku sebagai seorang coach. Saya sangat senang karena waktu itu coaching adalah sesuatu yang langka. Namun, ternyata dia adalah seorang coach untuk membuat kentang goreng di salah satu restoran cepat saji. :-D
Dunia coaching memiliki berbagai asosiasi atau perkumpulan, masing-masing dengan standar dan definisi yang mirip sama. Ada MCF, ICF, EMCC, PPCI (Perkumpulan Profesi Coach Indonesia) dan sebagainya. Siapa pun yang bergabung dengan asosiasi tersebut perlu sesuai dengan rambu dan aturan yang mereka tetapkan. Ada juga coach yang tidak terikat dengan asosiasi mana pun. Mereka bebas menentukan definisi mereka sendiri, mungkin berdasarkan buku yang dibaca, pengalaman kerja, atau pelatihan singkat (karena sekarang banyak yang menggunakan gelar profesi hanya dengan mengikuti pelatihan singkat saja). Jadi jelas, masing-masing orang memiliki persepsi yang berbeda, dan semuanya bisa saja benar dan sekaligus salah.
Transformasi dalam Satu Sesi?
Sering kali orang menganggap coaching hanya satu sesi, tetapi hal ini adalah mispersepsi besar. Di kelas Meta NLP Practitioner (modul 1 dari Meta Coaching Systems), kita belajar enam keterampilan dasar coaching, sementara di kelas Accessing Personal Genius (modul 2) kita belajar satu keterampilan. Total 7 keterampilan dasar coaching yang dipelajari ini dapat diterapkan dalam berbagai interaksi, termasuk dalam komunikasi, rekrutmen, penjualan, negosiasi atau dalam parenting dan proses belajar mengajar di sekolah.
Pada awalnya, tidak semua peserta 2 modul di atas ingin menjadi seorang coach. Setiap peserta memiliki minat dan latar belakang yang berbeda. Beberapa ingin untuk pengembangan diri, ada yang memang sengaja belajar dan menggunakan keterampilan ini untuk berkomunikasi dengan keluarga atau untuk kepemimpinan di tempat kerja. Jika peserta adalah psikolog, konselor, atau terapis yang sudah memiliki dasar ilmu psikologi, keterampilan ini tentu sangat membantu dalam praktik profesional mereka. Namun, tantangannya muncul ketika seseorang yang tidak memiliki latar belakang psikologi, hanya belajar selama 9-12 hari dan kemudian mengklaim diri mereka sebagai coach profesional. Bisa saja dapat memberikan coaching dalam satu sesi, tetapi mereka hanya mengaplikasikan teknik-teknik NLP semata.
Seorang Coach Profesional
Menjadi seorang coach profesional bukan hanya sekadar menggunakan keterampilan tertentu. Dalam Meta Coaching Systems, seorang coach memiliki konsep kerja yang jelas dengan standar operasional yang perlu diikuti. Proses coaching tidak hanya tentang mendengarkan dan bertanya, tetapi juga mencakup struktur waktu dan analisis berdasarkan berbagai model yang telah dipelajari. Perlu ada sesi lanjutan yang dilakukan berdasarkan analisis ini, yang lebih dari sekadar memantau perkembangan, tapi juga memastikan berkesinambungan (sustain).
Pelatihan di tingkat Coaching Mastery (modul 3) mempersiapkan seseorang untuk menjadi coach profesional. Di MCF (Meta Coach Foundation), seseorang yang lulus dari program ini akan mendapat gelar ACMC (Asociate Certified Meta Coach) yang diakui secara internasional. Namun, proses pembelajaran coaching tidak hanya berhenti di 3 modul itu. Jika ingin membantu klien secara lebih mendalam, kita perlu memahami psikologi mereka, bukan sekadar keterampilan dan model yang telah diajarkan. Dr. L. Michael Hall meneruskan teori Abraham Maslow (Hierarchie Needs) menjadi Self-Actualization Psychology, dan membagikannya dalam 7 (tujuh) modul meliputi aspek pribadi hingga kepemimpinan di perusahaan.
Modul-modul ini sangat berguna bagi para coach yang ingin memiliki dasar psikologi tanpa perlu kuliah di fakultas psikologi. Ini juga sangat bermanfaat bagi mereka yang belum belajar NLP tetapi sedang dalam proses pencarian diri untuk aktualisasi diri.
Agar tidak menjadi coach yang psikologi-nya abal-abal, ini program lengkapnya:
Modul 1: Meta NLP Practitioner (belajar 6 ketrampilan dasar coaching).
Modul 2: Accessing Personal Genius (1 ketrampilan dasar coaching).
Modul 3: Coaching Mastery (Model dan konsep dasar coaching).
Self-Actualization Diploma ( modul Self-Actualization Psychology)
Semoga tulisan ini memberi gambaran lebih jelas mengenai dunia coaching. Bahwa sebuah proses coaching tidak hanya dilakukan autodidak, baca buku atau pengalaman saja. Sebuah proses coaching, apalagi yang berhubungan dengan mindset seseorang, perlu dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai nilai etika yang terkandung di dalam. Ada konsep psikologi di balik keterampilan yang dilakukan. Bukan hanya sekedar bertanya apa kapan dan bagaimana.
Dan jelas, coaching tidak bisa hanya satu sesi saja.
Seoul, 26 Maret 2025
Mariani Ng
METAMIND
Meta Coach

Mariani Ng
Recent Posts
Ulang Tahun
- • Mariani Ng - 04 June 2025
Stress Management
- • Mariani Ng - 24 May 2025
Kapan Coach dan Kapan Tidak?
- • Mariani Ng - 10 April 2025
Coaching Hanya Satu Sesi Kah?
- • Mariani Ng - 26 March 2025
Collaborative
- • Mariani Ng - 28 February 2025
Popular Posts
Apa Itu Neuro-Semantics?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
Apa itu Meta Coaching?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
7 Ketrampilan Dasar Meta Coach
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Untuk Apa Neuro Semantics (NS) – NLP Diciptakan?
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Apakah Mereka Boleh Berpikir?
- • Mariani Ng - 28 August 2024