Stress Management

Stress Management

  • Mariani Ng - 24 May 2025

Stress Management
Apakah cukup hanya dengan mengubah makna saja?

Manusia adalah meaning maker. Setiap kejadian, baik besar maupun kecil, secara otomatis diberi makna—baik secara sadar maupun tidak sadar. Makna ini bisa menjadi sumber kekuatan, membangkitkan semangat, namun juga bisa menjadi penghambat yang memicu tekanan dan ketidakberdayaan. 

Bagi mereka yang sudah belajar Neuro-Semantics akan menyadari adanya makna ini dan kemudian (semoga) bisa segera mengubah makna yang diberikan bila makna tersebut menghambat. Tapi apakah cukup hanya mengubah makna saja saat seseorang sedang stress?

Apa itu stress?
Dari pendalaman tentang Neuro-Semantics selama 23 tahun ini, saya definisikan bahwa stress adalah respons internal yang muncul ketika seseorang memberi makna terhadap suatu situasi yang dianggap sebagai ancaman, tekanan, atau beban yang melebihi kemampuan untuk menghadapinya. 

Teori Stress dari Richard S. Lazarus memperkuat ini. Menurutnya, stress tidak hanya berasal dari situasi (eksternal) itu sendiri, tetapi dari bagaimana seseorang menilai dan merespon situasi tersebut secara subyektif yagn dipengaruhi oleh faktor personal, sosial, dan budaya.

Dengan kata lain, stress adalah hasil dari struktur makna dalam pikiran, bukan dari kejadian eksternal itu sendiri. Namun, kembali ke pertanyaan awal, apakah cukup hanya dengan mengubah makna saja saat seseorang sedang stress?


Jika stress  adalah hasil dari struktur makna dalam pikiran atas kejadian eksternal yang dianggap mengancam, maka bukankah perlu juga meninjau kejadian eksternal itu sendiri?

Stress dalam 3 sistem kehidupan.
Untuk melihat stress secara menyeluruh, saya mengklasifikasikannya ke dalam tiga sistem kehidupan, yakni sistem dalam diri sendiri (intrapersonal), sistem dengan orang lain (interpersonal) dan sistem yang lebih besar (universal). 

1.    Sistem intrapersonal (dalam diri sendiri)
Contoh: Saya stress karena tidak bisa fokus kerja.
Ini tentang keadaan saya sendiri, intrapersonal. Maka saya perlu analisa tentang cara berpikir saya sendiri.

  • Apa makna yang saya berikan tentang kerja sehingga tidak bisa fokus?
  • Apa keyakinan (belief) saya tentang kerja sehingga tidak bisa fokus? 
  • Apa makna saya tentang fokus sehingga saya merasa tidak bisa fokus kerja?
  • Apa keyakinan (belief) saya tentang fokus itu sendiri sehingga merasa tidak bisa fokus kerja? 

Dan seterusnya, dan seterusnya .. 
Bila semua akar stress ini berasal dari persepsi diri sendiri, maka stress akan hilang dengan mengubah makna dan struktur berpikir internal ini.

2.    Sistem Interpersonal (hubungan dengan orang lain)
Contoh: Saya stress karena ribut terus dengan pasangan.
Dalam contoh stress ini ada keterkaitan dengan orang lain, dalam sistem yang berbeda, sistem interpersonal. Mengubah makna secara internal saja tidak akan cukup tanpa evaluasi dan ambil tindakan yang sesuai. 

Lakukan analisa dan temukan apa yang perlu diperbaiki atas keadaan ribut dengan pasangan di rumah tadi. Ada komunikasi yang perlu diperbaiki, ada perhatian yang perlu ditingkatkan, ada perilaku yang perlu diubah, dan lain sejenisnya agar tidak lagi terjadi ribut-ribut. Dengan demikian stress akan hilang. Mengubah makna tetap penting, tetapi perlu disertai perubahan dalam sistem hubungan itu sendiri.

3.    Sistem Universal (hubungan sosial dan lingkungan)
Contoh: Saya stress karena belum dapat kerja.
Dalam contoh ini, secara fakta memang lapangan kerja saat ini semakin sempit oleh keadaan ekonomi dan realita sosial politik. Normalkah bila stress? Iya. Apakah cukup hanya mengubah makna dan struktur berpikir? Tentu tidak kecuali ingin stress berkepanjangan. 

Stress dalam contoh ini berhubungan dengan sistem eksternal yang lebih besar. Ini saatnya untuk review kembali apa yang perlu dilakukan, bukan hanya stress dan hanyut bersamanya. Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam keadaan ini: 

  • Evaluasi keadaan realitas: apa yang dalam kontrol dan apa yang tidak. Lakukan sesuatu atas keadaan yang dalam kontrol, dan terima (acceptance) atas keadaan yang tidak dalam kontrol kita.
  • Adaptasi: melihat kembali kemungkinan peluang lain.  Mungkin bisa jualan online, mungkin bisa mulai bisnis kecil-kecilan sendiri atau beberapa cara lain agar ada penghasilan. 

Stress, memang adalah respon internal atas keadaan yang dipersepsikan sebagai ancaman, yang bisa jadi hanya persepsi subyektif tapi bisa juga adalah fakta sebenarnya. Benar bahwa kepiawaian dalam mengubah makna dapat menjadi kekuatan untuk penanganan stress. Namun bukan berarti semua bisa diselesaikan hanya dengan mengubah makna dan struktur berpikir tanpa melakukan apapun. Kepiawaian dalam memaknai dan mengubah makna ini hendaknya tetap membangun diri yang membumi, bukan mengingkari realitas eksternal yang ada. 

Maka, ketika sedang stress, tanyakanlah ke diri sendiri:
a.    Apa makna yang saya berikan terhadap situasi ini?
b.    Apakah ini tentang diri saya, hubungan saya dengan orang lain, atau sistem yang lebih besar?
c.    Apa tindakan kecil yang bisa saya ambil hari ini agar lebih berdaya?

Mari kita refleksikan kembali.

Jakarta, 22 Mei 2025
Mariani Ng
METAMIND
Meta Coach

Ingin nonton rekaman acara online untuk topik ini, silakan klik link berikut: https://online.meta-mind.com/video/forum-metamind-edisi-mei-2025-stress-management/

 

The Author
Mariani Ng