Apakah Saya Berpikir?
Apakah Saya Berpikir?
- • Mariani Ng - 04 August 2024

Mari periksa bersama, kita lebih banyak berpikir atau malah tidak berpikir sama sekali?
Bangun pagi, sikat gigi - mandi dan tukar baju kantor. Ini adalah habit. Kegiatan yang dilakukan secara habit tanpa perlu berpikir, otomatis. Di perusahaan, kerja ikut SOP saja merupakan salah satunya.
Berangkat ke kantor, masuk ke mobil – pasang GPS dan mulai setir mobil ikuti jalan sesuai panduan GPS. Ini bukan berpikir, tapi ikuti saja. L. Michael Hall Ph.D (co-founder of Neuro-Semantics) menyebut ini sebagai “borrowed thinking”. Di perusahaan, ini terjadi saat problem solving yang hanya ikuti panduan saja.
Tiba di kantor, bertemu kolega kerja – tanya kabar sekedarnya untuk membuka hari. Inipun tidak perlu berpikir, jalani saja karena sudah biasa. Perlu sedikit berpikir sih, terutama merespon jawaban dari orang yang ditanya. Tapi hanya permukaan saja. Michael menyebutnya sebagai "superficial, shallow thinking". Di perusahaan, ada yang suka menanyakan “apa agenda kita hari ini?” lalu kemudian lupa lagi setelah beberapa saat :-D
Mari mulai meeting.
Diri ini sudah yakin apa yang akan dibahas di meeting ini. 'Biasalah, rutinitas laporan sana sini. Ikuti saja'. Ternyata, dalam meeting-pun belum tentu kita berpikir!! Di perusahaan, kita sering tandatangan dokumen dengan hanya sekilas periksa saja dan merasa sudah tahu apa isinya.
Dan selanjutnya, dan selanjutnya.
Proses2 di atas tetap bisa memberikan hasil walau sebenarnya bukan hasil berpikir. Memang ada hal-hal yang tidak perlu kita pikirkan, tidak perlu semua hal dipikirkan. Namun, ada saat-saat di mana kita perlu berpikir, kita kira sedang berpikir tapi ternyata tidak. Pseudo-thinking!!
Lalu, apa itu berpikir?
Berandai-andai, kita ke toko swalayan mau beli minuman air mineral. Saat berada di deretan rak air mineral, ada satu merk baru dengan label bewarna mencolok di samping merk air mineral yang biasa kita beli. Bagaimana respon kita? Cuek saja karena hanya mau merk XX yang sudah biasa beli? Atau ada rasa penasaran atas merk baru tersebut? Bila ada waktu luang, apakah kita akan mempelajari merk baru tersebut?
Seseorang yang jarang (tidak) berpikir, mungkin malah tidak memperhatikan sama sekali atas adanya merk baru tersebut walau warna labelnya sudah mencolok begitu. Mungkin juga melihat tapi tidak peduli, biasa saja - datar. Kutahu yang kumau :-D
Seseorang yang suka berpikir, akan berhenti dan eksplorasi botol tersebut (kecuali yang bersangkutan sedang tidak punya waktu untuk itu).
Michael Hall menguraikan bahwa ada 5 perilaku esensial yang dilakukan seseorang saat berpikir, yakni mulai dari mempertimbangkan, mempertanyakan, meragukan, mengamati secara detil dan membedakan. Dan tentu saja, semua ini bisa terjadi bila orang itu mengamati.
‘Hmmm.. ada bentuk botol baru. Apa merk-nya? Apa iya sama dengan merk yang biasa saya beli? Coba baca detil kandungannya, apa yang berbeda dari merk yang biasa saya beli?”.
Berpikir.
Dirimu termasuk yg mana, berpikir atau tidak berpikir?
Secara logika, kita butuh orang-orang yang mau berpikir di setiap kegiatan. Apalagi dikatakan bahwa ketrampilan utama yang perlu dimiliki agar senantiasa fleksibel dan agile adalah creativity dan analytical thinking.
Sayangnya, masyarakat umum justru tidak siap dengan creativity dan analytical thinking ini. Termasuk para orangtua dan atasan di perusahaan.
Apa alasannya? Coba tebak 🤓
Jakarta, 26 Juli 2024
Mariani Ng
METAMIND

Mariani Ng
Recent Posts
Collaborative
- • Mariani Ng - 28 February 2025
Bhutan, Negara Bahagia
- • Mariani Ng - 13 February 2025
Beda Itu Indah
- • Mariani Ng - 08 February 2025
Well-Formed Problem
- • Mariani Ng - 06 January 2025
Pemaknaan
- • Mariani Ng - 06 January 2025
Popular Posts
Apa Itu Neuro-Semantics?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
Apa itu Meta Coach?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
7 Ketrampilan Dasar Meta Coach
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Untuk Apa Neuro Semantics (NS) – NLP Diciptakan?
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Apakah Mereka Boleh Berpikir?
- • Mariani Ng - 28 August 2024