Collaborative

Collaborative

  • Mariani Ng - 28 February 2025

COLLABORATIVE
Bagaimana dengan cara kerjasama-mu, teamwork atau collaborative?

(Berdasarkan filosofis dari mural Four harmonious animals yang saya temukan dalam perjalanan ke Nepal-Bhutan awal Februari 2025)

Hampir di tembok setiap bangunan yang saya masuki di Bhutan ada mural ini, bergambar gajah, kera, kelinci (sebenarnya hare, sejenis mamalia mirip kelinci liar tapi lebih besar dan berkaki belakang yang lebih panjang) dan burung. Empat jenis hewan ini berdiri di atas bahu masing-masing di bawah pohon besar nan rindang (lihat gambar terlampir). Awalnya saya anggap biasa saja, sampai kemudian Pak Anton Thedy (Founder of TX Travel) menceritakan arti dari mural ini. Menurut beliau, mural ini juga ada di setiap rumah penduduk di Bhutan. Saya mulai tertarik dan menelusuri apa makna filosofi dari mural ini.

Four_harmonious_animals Saya temukan ada 2 makna filosofi dari mural ini, ada versi Bhutan dan ada versi India (pra-modern). Di tulisan ini saya tulis versi India, menggabungkan apa yang saya dengar dari Pak Anton di sana dengan sumber cerita dari Wikipedia (Four harmonious animals - Wikipedia). Versi Bhutan akan saya tuliskan dalam artikel berbeda karena ternyata punya makna yang berbeda.

Menurut versi India (pra-modern), mural ini melambangkan kerjasama. Burung di gambar tersebut adalah burung jenis Perdix yang dihormati karena kecerdasannya dan pemahamannya tentang bahasa. Di India ada keyakinan bahwa ada beberapa pohon yang hanya dapat tumbuh ketika bijinya dikeluarkan oleh jenis burung ini. Bayangkan bilamana tidak ada burung yang mengeluarkan biji-biji pohon itu, maka tidak ada ‘next generation’ dari pohon tersebut. Akan tetapi,  bisa keluarkan biji pohon saja tidak cukup bila tidak ditanam, disiram dan diberi pupuk agar tumbuh subur.  Di situlah peran kelinci (hare) yang menggali-gali lobang untuk semaikan biji-biji bibit pohon tersebut, kera yang rajin menyiram dan memberi pupuk. Setelah tumbuh besar, mereka perlu berdiri di atas gajah yang tinggi agar bisa memetik buah-buah pohon tersebut. Bekerja sama dengan memanfaatkan keahlian masing-masing untuk mencapai tujuan yang dinikmati bersama.

Saat pertama kali diceritakan, pikiran saya langsung melayang ke istilah “kolaborasi (collaborative)”, bukan “kerjasama (teamwork)”. Apa bedanya?
Teamwork mengacu ke arti yang sebenarnya, kerjasama. bekerja bersama di mana ada pembagian tugas yang jelas dan berstruktur sehingga setiap anggota kelompok tahu apa tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan yang sama. Kerjasama ini  telah kita kenal sejak masa sekolah dulu, ada kerjasama bikin tugas, ada kerjasama prakarya, kerjasama masak memasak. Pada kenyataannya sering hanya satu orang yang kerja, yang lain main gitar mengiringi atau malah ngerujak bareng menemani 1-2 orang yang sedang memikirkan tugas tersebut. Bahkan ada yang tidak kerjasama sekali, hanya numpang nama ikut tercantum dalam kelompok kerja.

Teamwork ini sering digaungkan di perusahaan, dengan harapan sekelompok orang bekerja bersama mencapai suatu tujuan yang sama dengan lebih cepat dan efektif. Pembagian tugas dengan sangat jelas ini malah membangun silo mentality di mana masing-masing hanya menjalankan tugasnya sendiri-sendiri demi menjaga pertanggungjawaban masing-masing, lupa berkolaborasi. Hubungan kerjasama hanya sebuah mekanisme saja, bahkan bisa menjadi eksklusif ketika ada yang menjadi team pemenang. Mereka mulai membangun semangat korps team ini team itu dengan seragam aneka warna, yang ujungnya malah berakhir dengan sentimen dan perpecahan. Tahun 2010 saya bertemu dengan seorang pemimpin perusahaan yang menolak kata teamwork sebagai salah satu nilai (value) dalam program leadership-nya. Menurut beliau, teamwork itu bisa mengarah pada kerjasama saling menutupi kesalahan. Hahaha …

Bagaimana dengan kolaborasi?
Ketika belajar Collaborative Leadership Mei 2018, saya sampaikan bahwa leadership gaya ini ‘too good to be truth’. Sebuah kerjasama yang hanya mengandalkan tanggungjawab mandiri berdasarkan kesamaan values para anggotanya. Para anggota tim berkumpul dan membangun atas values yang sama, setiap orang bebas mengeluarkan ide pemikirannya tanpa ada norma struktur yang jelas, bahkan tidak ada yang bisa ‘memecat’ siapapun. Kolaborasi adalah sinergi atas interaksi yang berlandaskan saling percaya (trust) dan values yang sama. Strukturnya sangat fleksibel dan menganut jenjang kesetaraan, tidak ada ketuanya. Tidak ada hirarki di sini.

Kesan saya di bulan Mei 2018 tersebut pupus ketika Oktober 2018 (hanya 5 bulan kemudian) ada permintaan untuk membantu program UMKM. Collaborative leadership berlaku di sana!! Dan sekarang semakin banyak perusahaan yang mulai mengakui pentingnya kolaborasi dibandingkan teamwork.

Saya bergirang hati saat diperkenalkan dengan mural tadi. Makna di balik mural sungguh menjelaskan tentang proses kolaborasi. Setiap anggota tim menyadari keahlian masing-masing dan menjalankan secara sadar sebagai sumbangsih untuk membangun bersama. Tidak ada yang melebihi siapapun. Tidak perlu membagi tugas apalagi menanyakan tanggungjawab siapa. Masing-masing perlu memiliki kedewasaaan sadar atas peran dan tugas masing-masing dalam rangka membangun bersama. Tujuan tidak akan tercapai bila salah satu anggota tidak bekerja. Semua akan sama menikmati hasilnya ketika tujuan berhasil dicapai bersama. Indah bukan?

Semoga tulisan ini memberikan gambaran lebih banyak tentang arti kata “kolaborasi”.
Secara keseluruhan, teamwork dan collaborative mengacu pada arti yang sama yakni bekerja bersama dengan orang lain. Namun mereka berbeda dalam operasionalnya.

Bagaimana dengan cara kerjasamamu sehari-hari, teamwork atau collaborative?

Jakarta, 28 Februari 2025
Mariani Ng
METAMIND

 

The Author
Mariani Ng