Mengapa vs Apa
Mengapa vs Apa
- • Mariani Ng - 18 August 2024

Wajah Pak Agus merah padam, gusar menunggu Pak Andesta, supirnya yang sering terlambat menjemput. Ada rapat penting di kantor hari ini, tapi yang ditunggu belum juga tiba mesti sudah berlalu 30 menit.
Begitu Pak Andesta muncul di pintu, Pak Agus langsung bertanya dengan tidak sabar. ‘Kamu tidak tahu hari ini saya ada rapat pagi-pagi!! Mengapa terlambat?’.
Yang ditanya segera menunduk, diam.
Pak Agus mengulang lagi pertanyaannya, ‘mengapa terlambat?’, habis sudah kesabarannya hari ini. Setelah sering hanya menegur dan memaklumi, hari ini alasan apapun yang keluar dari mulut supirnya ini siap di’terkam’.
‘Anu .. pak, tadi mau berangkat tapi ...’.
‘Tapi apa?!!’, kembali pak Agus menukas tidak sabar mendengar alasan-alasan penjelasan supirnya. Sudah bermacam-macam alasan yang pernah beliau dengar dari mulut satu ini, tapi tidak pernah berhenti terlambat.
Sebenarnya, apapun yang dijawab oleh Pak Andesta adalah respon atas pertanyaan yang ditanyakan oleh Pak Agus. Mengapa terlambat? Kata mengapa mengacu pada alasan, sesuatu yang menjadi penyebab dari keterlambatan. Tentu saja tidak jauh dari apa yang menurut Pak Andesta menjadi penyebab keterlambatannya, terlepas dari apakah itu tepat atau tidak tepat. Lebih jauh lagi, sebenarnya kata tanya ‘mengapa’ (sama halnya dengan ‘kenapa’) merujuk pada adanya alasan yang bisa ‘dikambing-hitamkan’.
Semakin banyak alasan yang dijawab, semakin banyak pula alasan untuk pembenaran diri (paling tidak untuk membela diri). Karena kata tanya ‘mengapa’ dan ‘kenapa’ mengacu pada si pelaku. Dalam contoh di atas, pak Andesta dianggap pelaku keterlambatan. Secara realita, memang jelas pak Andesta adalah pelaku keterlambatan tadi. Namun secara tidak sadar, kata tanya ini juga bermakna menuduh, menyalahkan, menyerang seakan-akan si pelaku sengaja melakukannya. Terlepas dari sengaja atau tidak, orang yang ditanya akan cenderung membela diri, mempertahankan diri dengan berbagai alasan.
Pertanyaannya sekarang, mau kita apakan alasan-alasan tersebut? Apakah kita butuh pembelaan/pembenaran diri itu? Tentu tidak, bukan?
Bila hanya sekedar untuk melampiaskan emosi, silakan menggunakan kata tanya di atas. Sehingga ketika berbagai alasan atau pembenaran diri muncul, kita bisa balas lagi dengan emosi. Pelampiasan ...
Tapi apakah layak?
Bukankah lebih baik kita menanyakan solusinya?
Bukankah lebih baik kalau kita mengajak orang tersebut memikirkan solusinya?
Dalam contoh di atas, akan berbeda ceritanya bila pak Agus bertanya salah satu dari pertanyaan ini:
‘Apa yang membuat kamu terlambat?’ – pertanyaan ini secara langsung merujuk pada penyebab, namun memberi kesan aman bagi si pelaku karena tidak bernada menyalahkan. Yang salah adalah pihak ke-tiga, ‘apa’ tadi. Dengan demikian, yang jawab lebih nyaman sambil mencari hal yang membuatnya terlambat. Terlebih lagi, setelah jawaban itu muncul bisa dilanjutkan dengan ‘kok mau dibuat terlambat ..’.
‘Apa yang perlu kamu lakukan biar kamu tidak terlambat lagi?’ – pertanyaan ini bermakna ganda. Kata tanya ‘apa’ bermakna sama seperti di atas tadi, namun dilanjutkan dengan ‘biar kamu tidak terlambat lagi’ yang mempertegas keinginan agar tidak terlambat lagi.
Contoh dua kata tanya ini hanyalah sekilas dari sejumlah ucapan yang kita ucapkan secara spontan tapi tanpa sadar sebenarnya sudah menentukan jawabannya. Sekarang tergantung kita bagaimana memilih kata (tanya) yang tepat agar mengundang jawaban yang lebih produktif dan kondusif.
Kata mencerminkan pikiran dan perasaan si pengucapnya. Sekaligus juga memancing respon pikiran dan perasaan si pendengar. Jadi, terlalu berlebihan kah bila ada iklan yang mengatakan ‘mulutmu harimaumu’ ?

Mariani Ng
Recent Posts
Collaborative
- • Mariani Ng - 28 February 2025
Bhutan, Negara Bahagia
- • Mariani Ng - 13 February 2025
Beda Itu Indah
- • Mariani Ng - 08 February 2025
Well-Formed Problem
- • Mariani Ng - 06 January 2025
Pemaknaan
- • Mariani Ng - 06 January 2025
Popular Posts
Apa Itu Neuro-Semantics?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
Apa itu Meta Coach?
- • Mariani Ng - 03 April 2024
7 Ketrampilan Dasar Meta Coach
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Untuk Apa Neuro Semantics (NS) – NLP Diciptakan?
- • Mariani Ng - 20 August 2024
Apakah Mereka Boleh Berpikir?
- • Mariani Ng - 28 August 2024