Refleksi Self-Actualization #2

Refleksi Self-Actualization #2

  • Denny Ang - 20 August 2024

Refleksi Self-Actualization #2

MENGAKTUALISASIKAN DIRI ANDA MELALUI ACCESSING PERSONAL GENIUS
(ACTUALIZING YOURSELF THROUGH ACCESSING PERSONAL GENIUS)


Ide dari self-actualization sederhana dan mendalam. Ide ini berbicara tentang menjadikan nyata dan aktual semua yang Anda mampu menjadi, mengalami, memiliki, merasakan, berpikir,memilih, memberi, dan berkontribusi. Hal setelah ini mungkin mengejutkan Anda, bahwa istilah ini tidak pertama kali digunakan oleh Abraham Maslow tetapi oleh Kurt Goldstein dalam karyanya yang berhubungan dengan tentara yang mengalami kerusakan otak. Pada tahun 1940-an, beliau melihat dan endokumentasikan kemampuan tubuh dan pikiran untuk ber-regenerasi,mengatur ulang kembali (re-organize), mengatur diri sendiri (self-organize), dan melangkah maju untuk mewujudkan tentang dirinya (self-actualizing) akan kemungkinan kemungkinan yang bisa terjadi dalam hal kesehatannya.

Sedangkan Carl Rogers, beliau menggunakan istilah yang berbeda. Beliau berbicara tentang orang-orang menjadi berfungsi sepenuhnya sebagai manusia. Dengan jelas, kedua sosok ini berfokus pada sisi terang (bright side) dari psikologi manusia, yaitu pada kemungkinan-kemungkinan, potensi-potensi, kecenderungan bawaan (innate tendency) untuk tumbuh, dan hal itu secara mutlak merupakan pergeseran paradigma dari psikologi yang telah mereka pelajari.

Di saat Rogers fokus pada terapi dan mengembangkan Client-centered Therapy pada klien dengan menggunakan tiga kunci: empati (empathy), pandangan positif tanpa syarat (unconditional positive regard), dan kesesuaian (congruency), Maslow memfokuskan perhatiannya pada modelling orang orang yang beraktualisasi (self-actualizers). Beliau ingin tahu apa yang membuat mereka berfungsi dengan baik, apa yang membuat mereka berbeda, pola-pola, sifat-sifat, dan cara berpikir mereka. Dari sinilah muncul istilah peak experience yaitu saat-saat hampir misterius dimana seseorang "sepenuhnya hadir" (“is all there”) , saat dimana seseorang sepenuhnya terlibat dalam sesuatu yang memberikan kenikmatan, keterlibatan, komitmen, dan kehadiran.

Jika ini adalah sesuatu yang memfasilitasi self-actualization, maka perhatikan apa yang kita miliki dalam pelatihan APG. Ketika saya pertama kali merancang pelatihan tersebut, saya tidak menggabungkannya dengan pemikiran dan model-model Maslow, tetapi sebenarnya saya bisa saja melakukannya. Sebaliknya, saya lebih mengandalkan karya Strategies of Genius oleh Robert Dilts bersama dengan Grinder dan DeLozier. Dari mereka, saya mengumpulkan sebanyak mungkin prasyarat keistimewaan (genius) yang saya bisa kumpukan dan kemudian menggunakannya sebagai kualitas-kualitas utama yang akan kita “meta-state”kan menjadi lapisan-lapisan sehingga kita menciptakan keadaan keistimewaan yang sepenuhnya terlibat (genius state of total engagement).

Ketika saya pertama kali mempresentasikan APG, saya sering melakukan kuis kecil kepada peserta dengan mengundang semua orang untuk saling berpikir "prasyarat keistimewaan"(“the prerequisites of genius”). Apa kualitasnya? Apa karakteristiknya? Setelah kami menyelesaikannya, lalu saya menggabungkan kualitas-kualitas tersebut ke dalam keadaan-keadaan (states) yang kemudian kita “meta-state”kan selama APG.

Jika Anda ingin mengalami lebih banyak self-actualization, bagaimana Anda melakukannya?
Apa yang bisa membuat Anda untuk menjadikan potensi di dalam Anda nyata dan aktual?
Format meta-stating dalam pelatihan APG memungkinkan kita untuk memberikan tekstur pada keadaan (state) kita dengan kualitas-kualitas berikut:


Hari 1: Kekuatan (power), energi, kepemilikan (ownership), memvalidasi apa yang penting, mengabaikan (dis-validating) apa yang tidak diinginkan, penerimaan (acceptance), penghargaan (appreciation), rasa takjub (a sense of awe), kesenangan, dan kesenangan dalam kenikmatan kita.

Hari 2: Menyelaraskan konsep (Aligning concepts), mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan semua "konsep" yang telah kita bangun dalam konstelasi semantik, mengambil kendali atas pembuatan makna (meaning-making) kita, menjinakkan(taming) naga-naga (state-state negatif), menerima emosi, menerjemahkan ide-ide hebat ke dalam
tubuh, dan menggunakan imajinasi untuk memecahkan masalah dengan kreatif.

Hari 3: Menetapkan niat-niat yang tinggi (high intentions), menyelaraskan perhatian-perhatian (attentions) dengan niat-niat (intentions), fokus, batasan (boundaries), penyaringan (screening), penyelarasan (allignment), dan kesesuaian (congruency).


Dari situlah kita memiliki konten yang kemudian kita “meta-state”kan dalam diri kita pada pelatihan APG untuk menciptakan Matriks Keistimewaan (Genius Matrix). Dan apakah menurut Anda hal itu akan membebaskan potensi? Anda bisa mengandalkan itu! Kita mulai menggali kemungkinan-kemungkinan ketika kita mengambil kendali (take ownership) atas sistem pikiran-tubuh-emosi (mind-body-emotion system) kita sebagai pembuat makna (meaning-makers). Kemudian, sebagai framers (yang menetapkan frames/kerangka), kita menetapkan kerangka-kerangka (frames). Hal itu kemudian membebaskan begitu banyak energi. Hanya dengan menghentikan semua gangguan yang terjadi dalam pikiran kita, yang dimana gangguan ini "mengarahkan energi kita melawan diri kita sendiri" (struktur kebanyakan Naga (dragon/state negatif)), kita melepaskan begitu banyak energi sehingga terkadang orang-orang terkagum-kagum dengan betapa nyamannya perasaan mereka untuk pertama kalinya dibandingkan tahun tahun sebelumnya.

Mereka merasa lebih riang, lebih seperti anak-anak, lebih mampu menikmati dalam berbagai hal, lebih mampu berhenti dan menikmati setiap hari, menangkap momen saat ini (present moment). Dan tentu saja, semua itu melepaskan lebih banyak potensi. Bermain dengan kerangka “pura puranya jika ” (As if Frame), pola keajaiban, dan kemampuan untuk mundur (step back) daripengalaman kita sendiri, memfasilitasi lebih banyak kreativitas.

Keterampilan mundur (step back skill) ini, yang melekat dalam model Meta-States, membuat seseorang benar-benar sadar akan tingkat eksekutif dalam pikiran Anda dan adalah tempat di mana kecerdasan “spiritual” atau kecerdasan makna (meaning) dimulai, dengan tujuan (intentionality). Dari sinilah kita bisa menghentikan pemborosan energi kita yang menjadi gangguan kita karena kita merespon setiap perhatian (attention). Kita menghentikan pemborosan energi ini dengan cara kita memperkuat niat kita sehingga menjadikan mereka kerangka daya
tarik (atrractor frames).

Apa lagi yang membebaskan potensi-potensi ? Keyakinan (Beliefs) - keyakinan yang sangat positif dan kuat yang mendukung kita, orang lain, dan apa yang bisa kita kembangkan dan kontribusikan kepada dunia. Untuk ini, kita Meta-No pada keyakinan yang membatasi dan meracuni, dan Meta-Yes pada yang memberdayakan. Dan "keyakinan-keyakinan ini yang membentuk sepanjang jalan ke atas" (“beliefs all the way up”) yang kemudian menjadi Matriks (Matrix), yang dimana hal ini membuat diri kita benar-benar bertanggung jawab atas diri kita dan
self-actualization kita.

Apa yang Neuro-Semantics tawarkan untuk visi organisasi diri sendiri (self-organization)? Sangat banyak! Dan APG hanya permulaan. Mungkin itu menjelaskan mengapa beberapa orang yang menyelesaikan APG (dan mungkin setelah dua atau tiga kali paparan) mulai melepaskan potensi dengan cara yang benar-benar ajaib.

Ngomong-ngomong, tahukah Anda bahwa model Meta-States adalah obat untuk NLP? Sampai hari ini, NLP menderita karena ketidakmampuannya akan "menerapkan pada diri sendiri"(“apply to self”). Mengapa? Selain Model Meta-States, NLP tidak memiliki cara untuk menangani refleksivitas (reflexivity) - kesadaran diri-reflektif (self-reflexive consciousness) kita. Tetapi dengan Meta-States, kini ada obatnya.



Ditulis oleh : L.Michael Hall, Ph.D. (Co-founder of Neurosemantics)
Diterjemahkan secara bebas oleh Denny Ang (Neurosemantics Trainer) atas seijin penulis.

The Author
Denny Ang