Untuk Apa Neuro Semantics (NS) – NLP Diciptakan?

Untuk Apa Neuro Semantics (NS) – NLP Diciptakan?

  • Mariani Ng - 20 August 2024

Pada sebuah forum diskusi tentang aplikasi NS-NLP bersama Dr. L. Michael Hall di Rumah METAMIND akhir Februari 2016 lalu, ada satu pertanyaan yang sederhana dari peserta: “Untuk apa sebenarnya NS-NLP ini diciptakan?”. Sontak seluruh mata melihat ke arah sumber suara, seluruh peserta yang adalah penggiat NS-NLP dan pengembangan manusia ini tertegun, termasuk saya.

Menarik, sekaligus terpesona oleh pertanyaan yang sederhana namun sangat mendasar ini. Ya, untuk apa NS-NLP ini dibuat? Lepas dari penjelasan Michael Hall, pertanyaan ini masih sering muncul dalam contoh-contoh praktis kehidupan, yang selalu saya jawab sendiri saat menemukan hal-hal yang menjadi terbantukan dengan adanya NS-NLP ini.

Sebenarnya NS-NLP masih dekat hubungannya dengan ilmu psikologi terutama mazhab Rogerian (humanistik) dan mazhab sesudahnya. Maka bila tidak ada NS-NLP, berandai-andai kita kembali pada mazhab behavioristik. Mazhab ini yang paling gampang dikenali karena kasat mata, bisa melihat perilaku seseorang.Mazhab yang melihat seluruh perilaku manusia adalah respon atas stimulus yang diterima. Bila tidak ada stimulus maka tidak ada respon. Hukum sebab-akibat. Kita minum karena haus. Makan karena lapar. Shopping karena butuh. Benarkah? Ternyata tidak. Shopping bisa saja karena keinginan, makan karena stress, dan beberapa hal lain yang tidak lagi linear melulu hanya proses stimulus dan respon.

Sayangnya Ini pula yang masih terjadi di banyak perusahaan.
Seorang sales yang tidak bisa jualan maka perlu diajari. Ikut training product knowledge dan selling skills .. dengan perkiraan setelah tahu maka akan bisa jualan.
Seorang manager yang komunikasinya kurang baik, diikutkan training komunikasi dengan harapan setelah selesai mampu menjalin komunikasi lebih baik dengan rekan dan tim-nya di peusahaan.

Apakah sesederhana itu?
Apakah sudah tahu lantas akan langsung berprestasi?
Bagaimana kalau sudah tahu tapi tidak mau?

Ternyata bahwa antara stimulus dan response masih ada proses lain di antaranya. Proses inilah yang menentukan respon yang diberikan. Dan ternyata ini bukan hanya satu proses, akan tetapi proses yang berlapis-lapis yang berproses dengan cepatnya, yang dinamakan sebagai proses berpikir – termasuk memberi makna dan menentukan sikap response berikutnya... bisa berupa tindakan, bisa juga berupa ucapan.

Ini yang dipelajari oleh NS-NLP. Bahwa pikiran dan tindakan tidak selalu berjalan linear. Bahwa ada proses lain di antara stimulus dan respon yang menjadi penyebab dan/atau pemicu tindakan seseorang, sadar maupun tanpa disadari. Dan hal ini tidak perlu terlalu dipikirkan karena terjadi secara sangat cepat dan alamiah. Kita baru memikirkan dan mencari tahu apa proses yang terjadi ketika keadaan yang tidak kondusif, atau ada hal yang tidak menyenangkan, ada potensi kerugian baik fisik maupun psikis.

Cara mencari tahu ‘proses antara’ ini pun berbeda dengan mencari tahu pada benda.
Bila ada benda rusak, kita mencari tahu bagian mana yang rusak lalu perbaiki. Namun pada manusia, yang kita cari tahu adalah ‘drive’ pemicunya, yang di Neuro Semantics dikenal sebagai ‘frame of mind’ (kerangka berpikir) seseorang. Untuk konseling, maka mencari tahu ‘drive pemicu’ ini sama dengan mencari tahu akar permasalahan. Seorang konselor yang handal akan segera melihat akar permasalahan bukan pada kata2 yang disampaikan, tapi justru pada cara penyampaiannya. Ini yang kita sebut sebagai konteks dan konten. Kata-kata yang disampaikan adalah konten pembicaraan (biasanya mengenai penyebab atau sumber permasalahan). Sedangkan cara penyampaian adalah konteks, yang justru lebih melatarbelakangi konten itu sendiri.

Di bidang coaching, dimana tugas seorang coach adalah fasilitasi mencapai tujuan, yang perlu kita ketahui adalah apa ‘drive pemicu’ untuk mencapai tujuan tersebut. Menemukan ‘the big why’, kata banyak orang. Dan ‘big why’ ini tidak semata-mata hanya alasan, tapi juga keyakinan (belief systems) dan banyak lagi ‘frame of mind’ lainnya yang mendasari sebuah keputusan.

Orang yang belum tahu tentang NS-NLP akan serius mengikuti data demi data yang disampaikan, kadang ikut seru terbawa arus emosional dari orang yang menjelaskan. Sebenarnya justru arus emosional ini yang menjelaskan lebih banyak menjelaskan daripada kata-kata itu sendiri. Betapa antusias menyalahkan, suara kekecewaan dan marah, semangat atau frustasi. Semuanya adalah ekspresi, yang bila dipadupadankan dengan kata-kata yang diucapkan akan memberikan suatu alasan lain tersendiri. Hal-hal ini yang sering tidak disadari. NS-NLP memberikan struktur, konsep dan model berpikir sedemikian rupa, sehingga kita lebih tahu, lebih berstruktur dalam mengenali pemikiran seseorang, memahami ‘proses antara’ tadi agar bisa interupsi bila menemukan ada yang menghambat di sana sebelum muncul respon perilaku. Dengan demikian perilaku yang muncul nanti bisa lebih baik lagi. Hidup menjadi lebih berkualitas, tidak semata-mata karena kebetulan atau nasib semata.

Saya menulis di sini bukan untuk promosi NS atau NLP. Tapi pertanyaan sederhana tadi terus muncul, dan akhirnya saya menertawakan sendiri .. karena ketika menulis di awal tadi, saya masih terpicu penasaran untuk sharing-kan pertanyaan tersebut. Dan sambil tulis saya kenali ‘proses antara’ yang terjadi dalam diri saya, bagaimana sebenarnya NS-NLP diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Segala sesuatu diciptakan pasti ada alasannya.
Demikian juga NS-NLP. Tinggal apakah setelah tahu apa alasannya lantas kita jadi lebih mau menjalankan, atau hanya sekedar tahu saja. Karena apapun alasan di baliknya, yang penting adalah bagaimana kita menjadikannya bermanfaat, bagi diri dan orang lain.

2 Mei 2016

The Author
Mariani Ng